SING JUJUR BAKALÉ MAKMUR

Waktu adalah salah satu makhluk Allah SWT yang selalu setia kepada-Nya. Tidak pernah mengingkari kapan harus berpindah masa dan keadaannya. Seperti malam ini, malam ke- 35 dari perjalanan jama'ah MAWADDAH-Majelis Waqi'ah dan Burdah yang bertempat di ndalem Kyai Abdurrahman al-Hafidz, Karangsono, Pakisaji, Kab. Malang. Alhamdulillaah, puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Agung yang mentakdirkan kami bisa istiqamah dalam lakon nderes surat al-Waqi'ah dan qashidah Burdah, dalam bimbingan guru kami Kyai Zainal Arifin al-Nganjuk'i.

Di malam yang berselimut sejuk udara kota Malang, pasca pembacaan surat al-Waqi'ah, wirid, rangkaian qashidah Burdah, serta shalawat bil qiyam, guru kami Kyai Zainal Arifin al-Nganjuk'i wedar sabda perihal salah satu satu indikator keimanan seseorang, yakni kejujuran. Kyai Zainal Arifin al-Nganjuk'i mengutip keterangan dalam kitab Taisirul Khallaaq yang dalam bab kejujuran.

Dalam kitab Taisirul Khallaq disebutkan bahwa jujur adalah memberitakan sesuatu sesuai dengan fakta yang terjadi, sebaliknya bohong adalah memberitakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kejadian sebenarnya. Jujur adalah sebuah sikap yang mudah diucapkan namun gampang-gampang susah dalam pelaksanaan. Agama Islam memerintahkan untuk bersikap jujur karena dalam agama Islam diajarkan bahwa siapapun yang ingin bejo, beruntung di dunia dan akhirat maka hendaklah ia mengatakan kejujuran. Dari sebuah kejujuran akan tumbuh kemashlahatan. Sebaliknya, dari sebuah kebohongan maka akan merebak madharat, kerugian baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.

Jujur merupakan indikator keimanan seseorang, bahkan dalam pandangan manusia pun jujur adalah indikator kemuliaan kedudukan seseorang. Bukan derajat pangkat maupun kekayaan yang dihormati manusia, namun keagungan akhlak yang membuat orang lain segan kepada orang yang jujur. Kanjeng Nabi Muhammad SAW sebagai teladan umat tidak pernah sekalipun berbohong dalam kehidupan beliau. Beliau menjadi teladan sebagai pribadi paling jujur yang membuat segan siapapun yang mengenalnya. Oleh karena itu benar apa yang menjadi unén-unén orang Jawa, bahwa ajiné dhiri saka lathi-kehormatan seseorang diukur dari cara bicaranya. Jika seorang pribadi muslim atau muslimah menghiasi diri dengan akhlak mulia bernama jujur, maka mulia pula kedudukannya dalam pandangan manusia, lebih-lebih dalam pandangan Dzat Yang Maha Melihat.

Selanjutnya Kyai Zainal Arifin al-Nganjuk'i menjelaskan kebalikan dari dusta atau bohong. Dusta merupakan awal dari madharat atau masalah yang timbul disana - sini. Dusta ibarat membuat nyala api disamping tumpukan jerami kering. Jika api sudah menyala maka sedikit demi sedikit tumpukan jerami akan terbakar. Begitu pula dengan kedusataan atau kebohongan, sekali kebohongan diucapkan maka masalah tidak akan selesai, mungkin bisa selesai di dunia, namun Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Adil, Dia adalah Penguasa selama-lamanya yang mempunyai pengadilan akhirat. 

Dalam kitab Taisirul Khallaaq dijelaskan bahwa orang yang berdusta adalah termasuk golongan orang yang mendustakan ayat-ayat Allah SWT. Kanjeng Nabi Muhammad SAW pernah menyampaikan bahwa jika seorang hamba berbohong, berdusta maka malaikat rahmat akan menjauh 1 mil darinya. Maknanya, semakin sering seseorang berdusta maka semakin jauh orang itu dari rahmat, kasih-sayang Allah SWT. Namun jika kita melihat berita di media sosial saat ini, banyak orang yang melakukan aksi ketidak jujuran seperti korupsi, mencuri, menyebarkan hoax, dll yang justru mereka seakan-akan makin makmur hidupnya, banyak hartanya, bagus rumahnya, dsb. Sebagai orang yang beriman, kita tidak perlu risau dengan hal itu, karena selama kita masih berpegang kepada kejujuran, maka kita mendapatkan rahmat terbesar Allah SWT yakni keimanan. Adapun orang-orang yang tidak jujur tadi, mereka adalah orang-orang yang mendapatkan istidraj dari Allah SWT. Biarlah mereka menikmati hasil ketidak jujurannya, selagi mereka belum bertaubat kepada Allah SWT lalu Allah SWT menghendaki habis masanya di dunia, azab Allah SWT sudah dipersiapkan untuk mereka na'udzubillaah.

Kanjeng Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa kita diperintah untuk memilih kejujuran apapun resikonya, karena dalam kejujuran akan ada keselamatan. Apapun konsekuensi dari kejujuran kita, jaminan dari Kanjeng Nabi adalah keselamatan, keselamtan baik di dunia, lebih-lebih di akhirat. 

Di akhir majelis, kami menengadahkan tangan bersama, mengamini do'a yang dipanjatkan Habib Ja'far al-Masyhur dengan harapan bisa melaksanakan kejujuran sebagaimana diperintahkan dan dicontohkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana para shahabat Nabi dalam mengemban amanah beliau, sebagaimana para ulama yang menjadi ahli waris keilmuan dan akhlak para Nabi dan Rasul. Dan semoga jama'ah MAWADDAH-Majelis Waqi'ah dan Burdah tetap diberi keistiqamahan dalam melakukan dan menghayati setiap kebajikan. 

Aamiin





Komentar