MODERASI BERAGAMA DALAM KEBUN KEBANGSAAN BERNAMA SEKOLAH

Malang masih menjadi kota pelajar hingga hari ini, itulah kiranya cukup sebagai bukti bahwa Malang memang kawah Candradimuka bagi kaum intelektual sejak masa kerajaan hingga pasca Republik ini diproklamirkan. Malang sebagai kota dengan penduduk majemuk mampu bersaing dengan tempat-tempat lain dalam berbagai hal, dalam bidang ekonomi saja tingkat pertumbuhan ekonomi kota Malang ada di angka lebih dari 6%, pun demikian pula dalam bidang interaksi sosial warganya.

Adalah Forum Kerukunan Umat Beragama atau FKUB yang menjadi salah satu organisasi yang mempererat persaudaraan antar warga kota Malang yang memeluk agama yang berbeda-beda. Tepat di hari Saniscara, di tanggal ke-16 bulan September 2023, FKUB Kota Malang menyelenggarakan Dialog  Kerukunan Umat Beragama di Kota Malang. Dalam kegiatan yang dilaksanakan di Hotel Tugu kota Malang itu, hadir sebagai pembuka acara sekaligus pemateri yakni orang nomor dua di kota Malang Ir. H. Sofyan Edy Jarwoko. 

Dalam diskusi yang dimoderatori oleh KH. Ahmad Taufik selaku ketua FKUB Kota Malang itu, hadir pula KH. M. Nur Salim, M.Ag - wakil ketua FKUB Kota Malang yang bertindak sebagai pemateri kedua.  Acara yang dihadiri oleh para Kepala Sekolah SMP Negeri dan Swasta se-Kota Malang ini diselenggarakan pada pukul 09.00 WIB hingga pukul 12.30 WIB.

Dalam acara ini,  Ir. H. Sofyan Edy Jarwoko yang juga sebagai Penasihat FKUB Kota Malang, menyampaikan salah satu pandangan beliau tentang Kebun Kebangsaan. Menurut beliau,  sekolah adalah tempat menanamkan nilai-nilai positif kepada para generasi muda, utamanya untuk mempersiapkan diri menuju Indonesia Emas 2024. Dalam prolognya, beliau sedikit bercerita tentang Jepang yang dulu pernah hancur karena bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Dalam penuturan beliau, Jepang bisa bangkit dan maju seperti saat ini adalah dengan semangat jargon 'dikenali - dicintai - dikonsumsi'. Contoh kongkretnya adalah di era-90-an  banyak film animasi Jepang yang diperkenalkan ke negara-negara diluar Jepang, termasuk Indonesia, dan memang hal itu menjadi daya tarik tersendiri di kalangan masyarakat Indonesia sehingga film animasi Jepang sangat digemari hingga masuk ke era 2000-an.

Dalam penjelasan selanjutnya, Ir. H. Sofyan Edy Jarwoko menyampaikan bahwa sekolah sebagai tempat menanamkan nilai karakter hendaknya menjadi tempat para pendidik dan peserta didik berinteraksi dengan baik, dalam hal ini pada lingkup interaksi kehidupan beragama. Sebagai lembaga Ing Ngarso sung Tuladha, pendidik memberikan keteladanan dalam mengajarkan toleransi pada peserta didik. Selain itu, sebagai ing madya mangun karsa -  sekolah hendaknya memperkaya kegiatan yang bernilai kebangsaan, kegiatan upacara bendera atau seni budaya yang digelar secara inklusif. 

Lebih lanjut, Ir. H. Sofyan Edy Jarwoko menjelaskan bahwa selaras dengan semboyan Tut Wuri Handayani - sekolah mengembangkan pola dialogis dan supporting system, dialog kerukunan antar umat beragama diantara peserta didik, pendidik, wali murid, tokoh agama, dsb. Selain itu juga mewaspadai agar tidak terpancing isu SARA utamanya di tahun-tahun politik.

Jika sekolah sudah siap menjadi kebun kebangsaan, maka akan tumbuh generasi muda paling tidak memiliki bekal yang digunakan untuk menuju Indonesia Emas 2024 yaitu :

  1. Generasi yang berkarakter (berakhlak)
  2. Generasi yang mempunyai kemampuan spesifik sesuai dengan bidang yang dikuasai
  3. Genarasi yang memiliki kemampuan literasi yang luas
  4. Generasi yang mampu berkolaborasi dan berinteraksi tidak hanya dengan orang Indonesia, pun juga dengan orang di pelbagai penjuru dunia.

Dalam acara yang berlangsung di Ballroom Hotel Tugu itu, materi kedua disampaikan oleh KH. M. Nur Salim, M.Ag. Dalam pemaparannya beliau menyampaikan bahwa sebenarnya toleransi di kota Malang sudah berjalan dengan baik. Lebih lanjut, beliau menyampaikan bahwa jika ada konflik antar pemeluk agama, pada hakikatnya bukanlah karena agamanya melainkan karena pribadi pemeluk agama itu sendiri.

Oleh karena itu beliau menuturkan bahwa moderasi beragama yang berusaha dikuatkan oleh FKUB Kota Malang adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama dengan mengejawantahkan esensi ajaran agama yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemashlahatan umum. Sebagai prinsip fundamental dari moderasi beragama adalah sikap tasamuh (toleransi), tawazun (proporsional), tawasuth (moderat), dan i'tidal (tegak lurus). Dengan mengejawantahkan prinsip-prinsip fundamental tersebut maka intoleransi dapat dihindari. Betapa banyak negara yang mengalami perang berlarut-larut karena sikap intoleransi penduduknya. Mudah sekali bagi kelompok radikal dan teroris untuk masuk dan menguasai negara yang penduduknya sudah bersikap intoleran.

Lewat pukul 12.15 WIB pasca sesi tanya jawab dengan peserta diskuis, wakil wali kota Malang Ir. H. Sofyan Edi Jarwoko menutup kegiatan dengan sebuah kisah singkat. Beliau mengisahkan bahwa salah satu Presiden Republik Sosialis Yugoslavia - Josip Broz Tito pernah bertanya kepada Ir. Soekarno - Presiden Pertama RI terkait apa yang akan diwariskan oleh Ir. Soekarno kepada rakyat Indonesia sepeninggal beliau. Dengan mantab Ir. Soekarno menjawab bahwa meliau mewariskan lima berlian yakni Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam perwusyawaratan perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal itu terbukti hingga saat ini bahwa Pancasila yang diwariskan oleh Bung Karno menjadi berlian yang menjadi tali pengikat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.










Komentar