TAPA NGRAMÈ NGUNDUH PITUDUH (1)

 Malang, kota dengan beragam corak kehidupan mulai standard priyayi hingga Kiai, pendidikan hingga sekedar hiburan, gorengan tempe kacang hingga sajian hotel berbintang. Masyarakat yang agamis hingga yang hedonis, yang serius reset hingga yang bermental kesét, dan beragam warna kehidupan lainnya mengisi setiap jengkal bumi Singo Edan, AREMA. Semuanya tidak lepas dari Zaman yang semakin berkembang teknologinya, memaksa penghuni setiap jengkal tanah dibumi untuk memahami keadaannya. Kontak dan mobilitas sosial yang semakin intens tentu membuat beragam perubahan dalam peradaban manusia.

    Salah dan lupa, khilaf hingga papa, hingga lemah tidak berdaya adalah sifat dasar manusia. Sangat kontras dengan betapa hebatnya teknologi yang dibuatnya, manusia punya segudang kelemahan yang jika dipantik satu saja, maka hancurlah kehidupannya. Keseimbangan hati, pikiran, dan perbuatan dibutuhkan manusia untuk membuatnya tetap berlaku arif dan bijaksana, sebab hanya manusia, satu-satunya mahluk Tuhan yang diberi SK untuk menjadi khalifah-Nya. 

    Khalifatullah fil ardh - pemimpin (pengganti) Allah di muka bumi. Tugas manusia adalah merawat dan menjaga bumi yang dipijak. Tuhan memberi kuasa kepada manusia terhadap bumi ini. Air yang mengalir, angin yang berhembus, api yang menyala, kabut yang mengepul, dan beragam kejadian alam yang menjadi ayat kauniyah Tuhan ditakdirkan bisa ditaklukkan oleh manusia. Semua kehebatan manusia dalam merancang teknologi, melakukan perubahan disana-sini adalah karunia Tuhan yang wajib untuk disyukuri. Bersyukur-berterima kasih atas pemberian Ilahi, dan merasa bahwa diri ini adalah hamba yang bertugas untuk melayani. 

    ...

    Gus Billy, (panggilan akrab dari Ketua Rijalul Ansor Blitar - Jawa Timur) malam itu berkenan hadir di pesantren kami-Pesantren Waqiah Indonesia. Salah satu tempat yang berada diatas bumi AREMA yang selalu istiqamah pada hari Selasa pertama dalam setiap bulan menggelar dzikir dan munajat berjama'ah. Kehadiran Gus Billy malam itu bersamaan dengan berlangsungnya bacaan Qashidah Burdah karya Syaikh Ahmad al-Bushiri yang dilantunkan Habib As'ad al-Jufri dengan guru kami, Kyai Zainal Arifin al-Nganjuki beserta para jama'ah dan santri Waqi'ah Indonesia yang sudah memenuhi ruangan dan halaman Mushalla al-Qana'ah. Bacaan burdah yang diawali dengan tawassul, tadarus QS. al-Waqi'ah, beserta wirid-wirid yang mengetuk pintu langit dilakukan tidak lain untuk mendekatkan diri kepada Ilahi. Memantapkan hati, mengharapkan intuisi, agar Dia berkenan memberi bimbingan dalam meniti kehidupan di mayapada ini.

    Setelah pembacaan shalawat Nabi selesai dan Kyai Zainal Arifin mempersilahkan Gus Billy untuk wedar sabda pada kesempatan malam itu. Gaya khas penceramah Jawa yang mengucapkan salam dan tutur kata medhok logat Jawa daerah Blitar - Jawa Timur, tak lepas sepanjang Gus Billy bertutur malam itu. Sungguh momen yang tepat, di tengah hiruk pikuk gemerlap glamour gelaring jagad, malam itu Gus Billy mengutip dawuh Imam al-Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah. Seorang tokoh sufi besar dalam peradaban Islam, yang karyanya hingga saat ini masih menjadi rujukan berbagai kalangan intelektual, utamanya intelektual muslim di berbagai belahan dunia.

    Gus Billy menyampaikan bahwa menurut Imam al-Ghazali, ada empat hal yang seyogyanya dilakukan manusia di kehidupan sehari-harinya dalam rangka manembah kepada Tuhannya. Gus Billy mengawali dengan mengutip salah satu ayat dalam al-Qur'an surat adz-Dzaariyat ayat 56 :

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku."

Dalam ayat tersebut Allah SWT jelas menyebutkan bahwa tujuan-Nya menciptakan jin dan manusia adalah untuk beribadah, menyembah, menghamba kepadanya. Oleh karena itu dalam keseharian kita jangan sampai ada satu saja hal yang kita perbuat diluar niatan untuk melakukan penghambaan kepada Tuhan. Kita semua adalah hamba, kawula, pelayannya Tuhan, maka setiap interaksi yang kita lakukan dengan sesama mahluk, apa dan siapapun mahluk itu sejatinya kita sedang berinteraksi dengan Tuhan. Tuhan mengejawantah, men-tajalli-kan dzat-Nya dalam setiap ciptaan-Nya.

    Jin dan manusia, dua mahluk Allah SWT yang dalam QS. al-Falaq disebutkan bahwa dalam sekejap mereka bisa menjadi seburuk setan dengan perbuatan kejinya. Namun sebaliknya dalam sekedipan mata, mereka bisa lebih baik dari malaikat dengan bisa mengekang hawa nafsunya untuk mengabdi kepada Tuhan-nya. Sebuah ayat pembuka yang luar biasa disampaikan oleh Gus Billy, mengingat disaat ini begitu banyak diantara kita yang seakan lupa bahwa tujuan kita ada di mayapada ini adalah untuk manembah kepada Sang Pencipta. Kita seakan kehilangan fokus dari tujuan penciptaan diri kita. Gebyar dunia yang luar biasa bagi kita, disebut Tuhan sebagai permainan yang penuh dengan tipu daya. Maka dengan meletakkan dunia di tangan kita, hati kita akan penuh dengan cinta kepada-Nya. 

  Orang yang hatinya penuh cinta kepada Sang Pencipta, setiap perbuatannya akan merefleksikan kasih dan sayang-Nya. Kepada apa dan siapapun lawan interaksinya, dia akan menggunakan adab-tata krama. Tidak merasa diri lebih dari yang lain, melainkan merasa diri adalah hamba, kawula, abdi, yang wajib memberikan pelayanan terbaik kepada juragannya. Oleh karena itu dalam kehidupan sehari-hari, Imam al-Ghazali memberikan tips, agar kita bisa menjadi hamba, kawula yang beradab kepada Yang Maha Juragan yang Maha Mengatur alam semesta.

    Pertama, shalat dhuha secara istiqamah

    Shalat Dhuha merupakan shalat sunnah yang sangat dianjurkan Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Shalat yang dilaksanakan saat matahari naik sepenggalah ini seakan-akan untuk menyambut datangnya hari baru yang didalamnya begitu penuh dengan karunia Allah SWT. Dalam penuturan Gus Billy, Imam al-Ghazali selaku orang yang waskita bermaksud memberikan informasi kepada kita bahwa  setelah kita mensyukuri nikmat dengan shalat Shubuh dan berdzikir setelahnya, kita sambut pagi hari sebelum bekerja dengan melaksanakan shalat Dhuha. Memohon izin kepada Yang Maha Kuasa untuk memanfaatkan karunia-Nya demi memenuhi hajat hidup diri dan keluarga. 

    Tidak aneh jika dalam salah satu sabdanya, Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa diantara amalan vertikal yang bisa mempermudah jalannya rizki dan menambah keberkahannya adalah shalat sunnah dhuha. Syukur alhamdulillaah, di pesantren Waqiah Indonesia, kami dibimbing oleh guru kami, Kyai Zainal Arifin untuk membaca surat al-Waqiah secara istiqamah dan dilanjutkan dengan shalat dhuha. Sebuah usaha untuk memantaskan diri mendapatkan rizki yang halal dan berkah sebelum memulai untuk bekerja. 

    Shalat Dhuha adalah salah satu shalat yang luar biasa. Jika shalat sunnah rawatib dilaksanakan karena ada gandéng-rénténg dengan shalat fardhu, shalat Dhuha minimal dua rakaat dianjurkan Kanjeng Nabi untuk bersyukur dan mengawali hari dengan mengheningkan cipta-khusyuk-fokus kepada Sang Pencipta. Para leluhur memberikan petuah bahwa ana dina - ana upa, ana bengi ana rejeki - angger obah bakal mamah. Artinya selagi masih ada siang dan malam maka pasti akan rizki bagi siapa dan apapun yang ada dalam siang dan malam itu, akan tetapi rizki itu baru akan bisa didapatkan jika si calon penerima rizki mau untuk menjemputnya. 

    Tidak semua orang bisa melaksanakan shalat Dhuha, waktu pagi adalah waktu yang disana banyak orang sibuk mempersiapkan diri berangkat bekerja atau bahkan sudah memulai pekerjaannya. Apalagi di zaman ini yang banyak mengatakan zaman édan, entah mengapa disebut demikian. Kiranya karena banyak hamba yang lupa akan kewajiban bahka tata krama-unggah-ungguh kepada yang seharusnya ditempatkan sebagai Maha Juragan. Alih-alih berpamitan kepada Tuhan sebelum menjemput rizki yang sudah Dia disediakan, terkadang untuk menyebut nama-Nya sebelum bekerja saja sebagian dari kita seakan enggan. Sementara akal dan hati sebenarnya sadar bahwa semua yang kita dapatkan merupakan karunia Tuhan yang diberikan secara cuma-cuma untuk dimanfaatkan. Bukan berarti Tuhan butuh untuk kita sembah dan kita pamiti sebelum melakukan sebuah pekerjaan, tapi karena saking besarnya kasih sayang-Nya kepada mahluk-Nya, Dia ingin agar hamba-Nya berkomunikasi dengan lebih intens dengan Penciptanya. 

    Tips pertama dari Imam al-Ghazali yang bisa dijadikan pepéling bagi kita agar mengawali hari dengan terlebih dahulu manembah kepada Gusti Kang Murbeng Dumadi-Tuhan Yang Maha Menciptakan Segala Yang Ada. Rizki berupa harta atau apapun yang kita dapatkan di sepanjang hari itu, semoga dibarengi dengan keridhaan dan keberkahan dari Yang Maha Memberi.

    Segenap jama'ah yang hadir tampak khusyuk mendengarkan apa yang diwedar Gus Billy malam itu. Tampak dari sorot wajah yang seakan bermuhasabah-mengingat apakah diri sudah bisa baik minimal untuk selalu berpamitan kepada Tuhan terhadap apa yang akan dilakukan. Angin malam berhembus membuat semerbak aroma wédang kopi membumbung ke udara. Langit Pesantren Waqiah Indonesia yang berawan, seakan diam dan turut mendengarkan dan bersiap untuk menjadi saksi bagi siapa saja yang bisa mengawali hari dengan shalat Dhuha esok hari. 


(to be continued)



    

    

Komentar