Dalam Covid19 (2)

Tadi pagi sebelum shubuh, saya sempat ngopi di salah satu warung di bagian belakang pasar "P". Sambil minum kopi hitam yang masih mengepul asapnya, saya dengarkan dengan seksama (bukan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya) obrolan antara penjual kopi dengan salah satu pembeli lainnya.

"Lapo sh wong durung waktunè préian kok arék sekolah di préino, jum'atan jarè gak oléh, salaman gak oléh, wedi kok nang virus, wedi yo nang Sing Nggawè Urip. Pemerintah saiki gak tambah ngénakno rakyatè, malah opo-opo gak oléh."
Pernyataan penjual kopi di warung belakang pasar tadi pagi. Lawan bicaranya pun manggut-manggut, entah mengiyakan karena paham dan setuju, atau karena malas menanggapi atau apa, terserahlah.

Dalam hati saya bergumam seolah-olah berkata kepada penjual kopi dan orang yang diajaknya bicara.

1. Sangat bagus jika Anda adalah orang yang menyadari bahwa takut hanya kepada Tuhan, bukan kepada selainnya. Sangat bagus jika Anda punya kepasrahan yang besar kepada-Nya. Tapi, maukah Anda disuruh Tuhan masuk kedalam neraka ? Jika tidak, berarti Anda takut neraka, tapi tidak takut Tuhan. Mengapa ? Berdasarkan pernyataan Anda sendiri.

Takut kepada Allah jangan disamakan takutnya Anda terhadap mahluk-Nya, seperti gendruwo, kalajengking, gelap malam, dsb. Takut kepada Allah adalah takut terhadap murka-Nya, takut jika Dia berpaling muka saat kita sapa, takut jika Dia mencampakkan kita. Dari rasa takut itulah kemudian muncul sikap waspada.

Waspada bisa dimaknai dengan kehati-hatian, cermat, teliti dalam segala hal. Memperhitungkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi, sebab jika salah memilih keputusan, maka akan fatal akibatnya, dalam urusan dunia pun pula yang berkesinambungan dengan ahirat.

2. Dalam rentang waktu tertentu, Anda membayar pajak dalam rangka "memberi upah" kepada "pegawai, pengurus" negara, yang memang Anda beri tugas untuk menjamin keselamatan Anda, karena Anda yakin bahwa mereka memiliki kemampuan dibidangnya. Ketika mereka melakukan sesuatu semaksimal mungkin untuk menyelamatkan Anda, apakah Anda menolak ? Jika iya, Anda keras kepala.

Jika Anda seorang raja, Anda pasti mempercayakan keamanan dan keselamatan Anda dan keluarga kepada para prajurit yang Anda beri upah untuk menyelamatkan dan menjamin keselamatan Anda. Sembari juga Anda memiliki benteng perlindungan pribadi sebagai benteng terahir. Jika Anda sudah tidak mempercayai para prajurit, pengawal, dan seluruh staf yang Anda bayar, bubarkan saja kerajaan Anda.

3. Dalam Anda menyikapi sesuatu, mana yang Anda pilih, (a) tahu dulu baru menyikapi dengan penuh waspada (hati-hati), atau (b) waspada (hati-hati) sambil mencari tahu ? Jika dalam konteks Covid19 Anda pilih (a) berarti Anda seorang dokter ahli, pakar, ilmuwan, dsb. Jika Anda pilih (b) berarti Anda merasa orang awam yang butuh pengetahuan dan pemahaman yang lebih.

Waspada bisa dilakukan sebelum atau sesudah mengetahui suatu hal. Akan tetapi bukankah pencegahan lebih baik daripada pengobatan ?

Komentar

Posting Komentar