Tangisan Iblis (3)

Ojo ngamukan

Sebuah ungkapan yang terpampang anteng, diam menyambut siapapun yang datang ke Pesantren Waqiah Indonesia, ungkapan sederhana sarat makna yang sering diwejangkan Kiai Zainal Arifin kepada para santrinya. Ternyata itu adalah salah satu ajaran suci dari Baginda Nabi yang diwedar oleh Habib Abdul Qadir malam itu. 

Tercatat dalam sebuah kitab klasik, Arbain an-Nawawi. Kitab yang berisi 40 hadits Nabi. Kitab buah karya Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf an-Nawawi, yang pada urutan ke-16 isinya adalah wasiat Nabi kepada seorang shahabatnya agar jangan mudah marah. 

Lafadz yang bercetak tebal berbunyi Laa taghdhab-jangan marah, diulang dua kali oleh baginda Nabi. Dengan menahan amarah, maka iblis tidak mudah menguasai dan mengendarai akal-hati manusia.

Para jama'ah termangu mendengar penuturan Habib, malam mulai larut, waktu bergulir udara dingin mulai datang menyambut. Rintik hujan tak mau ketinggalan, datang dengan intensitas sedang namun cukup untuk membuat suara atap sedikit ribut. Sebuah ayat alam bahwa mahluk selain manusia pun seakan ingin menyampaikan rahmat Tuhan kepada orang-orang yang dengan setia mendengar dan mempelajari firman-Nya, serta siap untuk berbenah esok hari meskipun dimasa depan entah ada asap atau dinginnya kabut. 

Tuhan Maha Welas, Tuhan Maha Asih, kepada-Nya sepatutnya para mahluk menyembah, pun pula mutlak kepadanya semua mahluk meminta pertolongan. Sebagai manusia yang memang ditakdir untuk khilaf dan lupa, maka sudah sepatutnya kita selalu bergandengan tangan dengan-Nya. Mengikuti jalan suci Nabi dan para kekasih-Nya, menapaki shiraathal mustaqiim - jalan keajegan yang penuh liku dalam kehidupan. 

Liku jalan kehidupan membuat potensi berbolak-baliknya hati manusia. Pun pula iblis yang memang masih berharap kasih dan sayang Tuhan. Dendam kesumat iblis kepada Nabi Adam a.s dan keturunannya terus dinyalakan. Hingga suatu ketika sampailah masa saat Nabi Musa a.s diperintah Tuhan untuk berkhalwat di gunung Tursina. Tanpa banyak tanya dan pertimbangan, segera Nabi Musa a.s melakukan persiapan. Membersihkan jiwa dan raga untuk menerima firman Tuhan. Naik gunung akan segera dilaksanakan, untuk menerima kitab suci Taurat sebagai pedoman umat dalam menjalani kehidupan.

Ketika kaki Nabi Musa a.s hendak melangkah, berseru iblis untuk mencegah. 

"Wahai Nabiyullaah, apakah engkau akan menerima firman Allah di gunung Tursina ?", tanya iblis kepada Nabi Musa a.s.

"Ya, kiranya Allah SWT akan memberikan anugerah kepadaku dan untuk seluruh umatku", jawab Nabi Musa a.s.

"Wahai Musa, Allah adalah Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang, sedangkan aku telah dilaknat-Nya hingga hari kebangkitan, maukah engkau menanyakan kepada Allah bagaimana cara agar aku bisa terbebas dari laknat-Nya ?", tanya iblis.

Tertegun Nabi Musa a.s. mendengar penuturan iblis, mahluk yang selalu mengalihkan perhatian manusia dari menyembah kepada Sang Pencipta, kini ia ingin bertaubat dan kembali ke jalan-Nya. Iblis saja punya keinginan untuk bertobat, karena ia tahu betapa sangat hina dan rendahnya dia dalam laknat Tuhan Penguasa Semesta. 

"Baiklah, akan kutanyakan kepada Allah cara agar engkau bisa hidup tanpa laknat Allah lagi", Nabi Musa a.s menyanggupi permintaan iblis.

Nabi Musa a.s melanjutkan perjalanan suci mendaki gunung Tursina dan menerima wahyu kitab Taurat dengan sempurna. Tak lupa keluh kesah iblis beliau sampaikan kepada Allah SWT melalui tajalli-Nya di gunung itu. Sekali lagi, Allah Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang dengan keagungan-Nya memberikan jawaban bahwa iblis masih bisa untuk bertobat, iblis masih bisa lepas dari status mahluk yang terlaknat, asalkan ia bersungguh-sungguh untuk berniat tobat dan mau meminta maaf kepada Nabi Adam a.s dengan cara berziarah ke makamnya. 

Setelah rampung menerima titah Tuhan, Nabi Musa a.s turun gunung dan menyampaikan jawaban Tuhan untuk iblis. Sontak iblis bahagia karena ada kesempatan tobat baginya, namun ketika mendengar syarat bahwa harus meminta maaf, ia langsung berdiri dan meludah, berbicara lantang dengan nada pongah. Dasar mahluk yang memang menghidupkan sifat dan sikap angkara murka, untuk meminta maaf pun ia enggan melakukannya. Jadilah iblis terkutuk untuk selamanya. 

Pemarah, pongah, dan arogan adalah sikap bawaan iblis yang secara istiqamah dia lakukan. Maka dari itu, Habib menuturkan bahwa pesan Nabi kepada umatnya agar sebisa mungkin menahan marah.

Waktu terus berlanjut, kehangatan jiwa dalam frekuensi iman terus dirajut. Dingin udara kota Malang makin menambah suasana syahdu khusyuk dalam siraman rohani malam ini. Habib menuturkan bahwa kesombongan adalah salah satu pintu pembuka laknat Tuhan. Celah bagi iblis untuk membuat manusia hanyut dalam kelalaian. Jalan kehidupan manusia yang berliku panjang adalah kesempatan. Kesempatan menabung kesucian sekaligus kesempatan melakukan kesalahan. Peluang melakukan dosa yang dipicu menuruti nafsu angkara dan bujukan iblis, serta peluang menebar kebajikan dijalan suci Nabi panutan.

Kepada Tuhan kita menyembah dan mengharap pertolongan. Ajaran pasrah kepada Tuhan dengan penuh pengakuan bahwa hanya Dia yang mutlak menguasai dan mengatur seluruh semesta. Puncak ajaran tauhid, ajaran Tuhan melalui para utusan-Nya, termasuk baginda Nabi SAW. 

Muhammad SAW, manusia mulia yang karena kelahirannya tertutuplah pintu langit atas iblis dan setan yang bersekongkol dengan dukun dalam mengintip nasib alam

Muhammad SAW, seorang Rasul yang karena kelahirannya sempurna sudah syariat agama Tuhan. 

Muhammad SAW, seorang Nabi yang karena kehadirannya di mayapada maka berbahagialah seluruh alam

Muhammad SAW, seorang Rasul yang karena pengutusannya maka keselamatan atas semua manusia yang berada dalam jiwa kesucian

Muhammad SAW, penutup-pamungkas dari para Nabi dan Rasul yang mengajak dan menyeru ke jalan suci keselamatan.

Ihdinas shiraathal mustaqiim 

Shiraathal ladziina an'amta 'alayhim ghayril maghdhuubi 'alayhim waladh dhaalliin

Jalan kenikmatan, bukan jalan kemurkaan, serta bukan jalan kesesatan. 

Permohonan wajib 17 kali umat Islam dalam sehari semalam, agar Tuhan menyelamatkan kita dalam hidup dan menjalani kehidupan. Pun demikian tidaklah buruk jika kita menambah intensitas permohonan, karena sesuai janji Tuhan bahwa siapapun yang meminta kepada-Nya maka pasti akan dikabulkan. 

Pertemuan yang syahdu malam ini ditutup dengan pemberian ijazah surat al-Faatihah sebanyak 40 kali dibaca dalam sehari semalam. Habib Abdul Qadir menjelaskan bahwa siapapun yang hadir, silahkan mengamalkan. Semoga dengan mengamalkan ijazah tersebut dengan penuh pengharapan, Allah SWT berkenan memberikan keselamatan dan kesejahteraan. 

QABILTU

Serentak jamaah menerima wirid ijazah dengan hati lapang dan bahagia. 

Do'a penutup dipanjatkan, tangan-tangan ditengadahkan, hati yang bersih dihadirkan, pikiran yang fokus dipersiapkan, mengaminkan do'a yang dipimpin Habib Abdul Qadir dengan penuh kekhusyukan. 

Malam yang indah dan penuh berkah, berselimut bahagia karena mahabbah kepada Rasulillaah.


al-Faatihah...



Komentar