Tangisan Iblis (2)

Langit syahdu kota Malang seakan terhanyut larut mendengarkan. Detik berlalu menit berganti semua jama'ah tetap khusyuk mendengar dan memperhatikan wejangan dari Habib. Awan mendung berkumpul, rintik hujan turun menyusul. Jama'ah putri yang ada diluar Bale Wedar Mushalla al-Qana'ah beringsut masuk mengisi serambi kanan Langgar

Habib kembali menjelaskan bahwa iblis akan merasuki jiwa orang yang marah. Karena saat orang marah, nafsu amarah menguasai dirinya dan iblis menggunakan nafsu itu untuk mengendalikan akal dan keputusannya. Demikian lah hingga kiranya Nabi mulia Muhammad SAW berpesan jika dalam keadaan marah maka hendaklah umatnya untuk berwudhu. Bersuci lahir batin meredam amarah yang ada dalam dada. Kalau toh dalam posisi yang tidak memungkinkan berwudhu, pesan baginda Nabi adalah berubah posisi, yang tadinya marah ketika berdiri maka sebaiknya duduk, jika tadinya marah dalam keadaan duduk, maka berbaring. Sebuah lambang bahwa kemarahan yang merupakan hembusan hawa negatif dari iblis dapat dirubah oleh manusia dengan merubah fokus atau perspektifnya terhadap sesuatu yang memicu kemarahannya.

Kembali Habib menjelaskan bahwa betapa agungnya welas asih Yang Maha Kuasa dengan dipertegas kembali dua sifat mulia-Nya itu dalam ayat ketiga ar-Rahmaanir Rahiim - Yang Maha Pengasih (lagi) Maha Penyayang. Allah SWT karena welas asih-Nya memberikan titah kepada alam semesta untuk terjadi karena adanya abdi kinasih-Nya, Muhammad SAW. Satu mahluk yang memiliki kasih dan sayang yang luar biasa, yang seharusnya menjadi contoh teladan bagi mahluk lainnya. Hingga ibadah pertama adalah puji shalawat dari Adam a.s untuk manusia mulia Muhammad SAW sesaat setelah Adam a.s diciptakan.

Iblis yang sudah dilaknat Tuhan menangis dan mengemis penuh penyesalan. Namun dari mulutnya terucap sumpah yang akan menyesatkan Adam a.s dan seluruh keturunannya agar menjadi pengikut bagi iblis di neraka. Adam a.s diwanti-wanti oleh Tuhan agar tidak mudah terjebak dalam perangkap bujukan iblis. Pun begitu pula Hawa a.s, wanita pertama yang diciptakan oleh Tuhan sebagai pendamping Adam a.s dari tulang rusuknya. Keduanya dipersilahkan oleh Tuhan untuk menikmati semua kenikmatan surga, kecuali sebuah pohon yang dilarang untuk didekati. 

Dasar iblis yang memang tahu kelemahan manusia adalah pada nafsunya. Iblis menggoda Hawa a.s bahwa pohon terlarang tersebut adalah pohon keabadian, pohon yang buahnya dapat membuat manusia hidup abadi. Dengan memakan buah dari pohon itu maka manusia akan abadi dan bisa hidup kekal dalam keabadian kenikmatan. Surga dengan berbagai perhiasan dan kenikmatannya dapat dinikmati selama-lamanya, demikian janji manis iblis mempromosikan pohon yang menjadi pantangan bagi Adam a.s dan Hawa a.s. Terbujuk rayuan iblis, Hawa a.s meminta suaminya agar memetik barang satu atau dua buah pohon khuldi untuk mereka berdua. 

Terjebak keduanya dalam tipuan iblis yang bermulut manis, terlepas pakaian surgawi dan segala kenikmatan yang ada padanya. Tuhan segera memberikan hukuman sebagai bentuk pelajaran bahwa apa yang diperbuat pasti akan ada balasannya. Diturunkanlah Adam a.s dan Hawa a.s ke bumi untuk menjadi manusia penghuninya. Ditempat yang berbeda, Adam a.s diturunkan di belahan Timur sedangkan Hawa a.s ditempatkan di belahan bumi bagian Barat. Sunyi senyap, sepi tanpa teman selama sekian tahun dalam pencarian. Hingga suatu saat bertemulah keduanya di tempat bersejarah yang kini disebut Jabal Rahmah.

Jabal bermakna gunung, sedangkan rahmah artinya kasih. Sebuah gunung yang menjadi saksi bertemunya dua manusia yang memang memadu kasih. Setelah bertemu, mereka berjanji untuk kembali kepada perintah Tuhan dan tanpa mengulangi kesalahan yang pernah diperbuat. Perjanjian suci dilakukan serta dinikahkan kembali mereka berdua sebagai sebuah pasangan. Pertaubatan manusia pertama, nenek moyang seluruh manusia penghuni dunia. 

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

 “Wahai Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri,dan jikalau Engkau tidak mengampuni kami serta memberi rahmat pada kami, pasti kami termasuk orang-orang yang rugi.”

Demikian pasrah dan pengakuan Nabi Adam a.s dan Ibu Hawa a.s kepada Allah SWT atas kesalahan yang pernah dilakukan. Memang dasarnya Allah SWT adalah Maha Welas Asih, diampunilah dosa keduanya dengan syarat tetap tinggal dibumi dan merawat isinya. Tertawa puas iblis ketika Adam a.s dan Hawa a.s keluar dari surga, namun kembali dendam terbakar dihatinya ketika Tuhan menerima taubat keduanya. 

Tuhan Maha Baik, Tuhan Maha Indah, dan Dia tidak akan menerima amal penghambaan kawulanya kecuali amal itu adalah amal yang baik dan dilandasi dengan niat yang baik pula. Maka dapat ditadabburi bahwa apapun yang ada pada diri manusia, selama itu baik ia akan mendapat restu dari Tuhannya. Tentu kebaikan yang dimaksud adalah kebaikan untuk diri manusia itu sendiri, kebaikan untuk orang lain, dan kebaikan untuk sesama mahluk Tuhan yang dilandasi niat ikhlas dalam melakukan penghambaan kepada-Nya.

Sejatinya manusia memanglah hamba-kawula-abdi dari Tuhan. Selayaknya seorang kawula kepada majikan, tugasnya adalah melayani juragannya. Kita sebagai manusia yang merupakan hamba Tuhan bisa melakukan penghambaan kepada-Nya salah satunya adalah dengan melayani dengan sebaik mungkin terhadap sesama hamba Tuhan, sesuai dengan pranatan-unggah - ungguh yang telah disampaikan oleh Tuhan melalui para utusan-Nya. Pelayanan kepada sesama mahluk Tuhan pada hakikatnya adalah bentuk pelayanan-penghambaan kepada pencipta-Nya.

Pasca diterimanya taubat Adam a.s dan istrinya, kembali iblis sesuai janjinya ingin menyesatkan Adam a.s dan keturunannya. Pernikahan suci Adam a.s dan Hawa a.s dengan mahar shalawat cinta kepada sayyidul awaaliin wal aakhiriin-Kanjeng Nabi Muhammad SAW telah berbuah dengan lahirnya putra-putri. Habil lahir dan tumbuh dengan paras tampan rupawan dan akhlak dermawan, sedikit berbanding terbalik dengan Qabil yang berwajah agak lusuh dan berakhlak agak berangasan. Rayuan iblis tepat sasaran, Qabil yang diperintah Tuhan untuk memberikan ternak-ternaknya yang bagus sebagai zakat persembahan malah memilih hewan ternak yang bertubuh kurus kering dan sakit-sakitan. Sebaliknya, Habil petani yang setia terhadap tanaman memetik buah dan sayur dengan kualitas pilihan, sekian keranjang dikumpulkan dengan ketulusan, kemudia berdoa kepada Tuhan agar berkenan menerima zakat persembahan yang dihaturkan.

Allah al-Aliim - Maha Mengetahui terhadap apa yang tampak dan apa yang tersembunyi. Ketulusan dan kesungguhan Habil diterima Tuhan, dan diberi reward dunia boleh menikah dengan Iklimah, saudara perempuannya yang cantik nan menawan. Sementara Qabil yang menyediakan persembahan dengan asal-asalan serta terbujuk nafsunya oleh hembusan iblis, tertolak persembahannya dan dinikahkanlah dia dengan saudara perempuannya, Labuda yang tidak ia inginkan. 

Nafsu yang menyala, amarah yang berkuasa-setan dan iblis pengendaranya. Niat buruk membunuh Habil dilaksanakan oleh Qabil dengan penuh perencanaan yang matang, hingga terlaksana tragedi pembunuhan pertama di dunia ini. Saudara kandung yang seharusnya saling membantu dan mendukung, dengan tega membunuh hanya karena merasa nasib kurang beruntung. Sesuai dengan perkataan iblis bahwa jika seseorang sedang dikuasai nafsu amarah, maka setan-iblis yang akan menjadi akalnya. Akal manusia yang seharusnya bisa menerima intuisi-hidayah dari Tuhan, tergeser posisinya oleh pengaruh iblis yang menyesatkan. 

Ketika manusia mau melakukan taubat, kembali kepada jalan Tuhan, saat itulah kembali iblis menangis berteriak mengumbar sumpah serapah penuh dendam. Iblis yang diciptakan dari api dan api akan mati jika disiram dengan air, sebuah metafora bahwa saat marah kondisi psikis manusia seperti nyala api yang siap membakar dan membahayakan, maka sesuai ajaran suci baginda Nabi wudhu sebagai penenang jiwa yang sedang bergemuruh. Semakin banyak intensitas wudhu, maka semakin tenang kejiwaan seseorang dan perintah mengikuti jalan suci Nabi akan semakin mudah dilakukan. Nabi berpesan Laa taghdhab - jangan mudah marah. Sebuah isyarat bahwa seyogyanya sebagai manusia kita mengedepankan akal jernih dan jiwa yang tenang. 

Semilir angin berdesir mengambah dinding-dinding Bale Wedhar Mushalla al-Qana'ah. Setiap jama'ah larut dalam kekhusyukan menyimak sabdatama yang sedang diwedarkan. 

to be continued ... 






Komentar