Tangisan Iblis (1)

Pagi hari yang sumringah di salah satu bagian di kota Malang. Saya bangkit dari tempat tidur dan membuka notifikasi Whatsapp. Ada satu chat dari guru saya (semoga beliau mau mengakui bahwa saya yang mbeling ini adalah muridnya) memberikan informasi bahwa malam nanti akan ada pengajian rutin di kediaman beliau. Sebagai wujud syukur dalam pengamalan alhamdulillah, saya balas chat tersebut dengan insya allah hadir Kiai. 

Benar saja, siang berlalu sore pun tiba. Selepas sembahyang Maghrib saya berangkat ke kediaman guru saya. Disana sudah banyak para senior kawakan yang jadug dalam bidang kelimuan dan keahliannya. Pengajian dimulai dengan membaca lantunan ayat suci dan bershalawat kepada baginda Nabi. Wirid dan doa dipanjatkan oleh Kiai Zainal Arifin, dilanjutkan dengan ceramah agama wejangan luhur tentang intisari kitab suci.

Saat itu, hadir ditengah-tengah kami salah seorang pembawa darah mulia Nabi Muhammad SAW, Habib Abdul Qadir bin Djafar Maulachelah dari Lawang-Malang yang membawa aura kesejukan dan kedamaian. Mengambil microphone lalu menebarkan senyum dan salam. Perlahan beliau wedar sabda ayat-ayat Tuhan. Puji syukur kami panjatkan karena beliau berkenan untuk memberikan ijazah. Ijazah surat al-Faatihah yang beliau dapatkan dari para guru beliau yang mulia. Tampak dengan penuh welas asih, Habib menjelaskan keindahan firman Tuhan, surat al-Faatihah diwedar kepada kami yang insya allah dengan tulus memperhatikan.

Sungguh luar biasa surat yang satu ini. Dibuka dengan ayat pertama Bismillaahirrahmaanirrahiim - Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ayat pambuka dari surat yang disebut as-sab'ul matsani - sebuah surat yang wajib dibaca tujuh belas kali setiap hari. Sifat welas asih adalah sifat Tuhan yang paling dominan. Dia Yang Maha Perkasa pun Dia juga Yang Maha Mengasihi semua mahluk-Nya. Dan sifat welas asih-Nya itu disematkan-Nya pula pada sifat kekasih-Nya, Muhammad SAW. 

لَـقَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُوۡلٌ مِّنۡ اَنۡفُسِكُمۡ عَزِيۡزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِيۡصٌ عَلَيۡكُمۡ بِالۡمُؤۡمِنِيۡنَ رَءُوۡفٌ رَّحِيۡمٌ

"Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman." (QS. at-Taubah : 128) 

Muhammad SAW, seorang manusia mulia yang lahir dari suku Quraisy. Keturunan dari Nabi Ibrahim a.s melalui Nabi Isma'il a.s. Muhammad SAW adalah manusia pengasih yang luar biasa, keindahan tutur kata dan ahlaknya, serta keberanian dan ketegasannya membuat segan kawan maupun lawannya. Semua orang segan kepadanya, para pecintanya senantiasa menyenandungkan shalawat dan pujian untuknya. Puncak dari pujian shalawat untuknya adalah membaca surat al-Faatihah. Demikian penuturan Habib.

Masing-masing jama'ah khusyuk dalam pikiran mereka. Membayangkan bisa bertemu atau paling tidak menjadi makmum dari orang yang luar biasa welas asihnya melebihi orang tua kepada putra-putrinya.

Muhammad, dia-lah manusia yang diangkat oleh Tuhan semesta alam untuk menjadi Nabi terahir, penyelamat umat manusia dari perbuatan mengkultuskan berhala dan mahluk-mahluk lainnya. Teladan sifat welas asihnya diwariskan kepada umatnya. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas diutusnya manusia yang paling mulia. Ayat kedua mengatakan alhamdulillaahi rabbil 'aalamiin - segala puji bagi Allah Tuhan Yang Merawat seluruh alam. Seakan menyampaikan kepada alam semesta bahwa patutlah bagi manusia untuk memuji Tuhan Yang Maha Mencipta, sebab alam ini ada karena adanya penciptaan nuur-cahaya manusia mulia Muhammad SAW sekian milenium yang lalu.

Nur Muhammad memancar ke setiap ruang dan waktu menyapa setiap molekul kun fayakuun yang membeku. Cair dan berputar setiap partikel menurut masanya hingga terbentuk alam semesta dan isinya. Kedamaian dan kesejahteraan menghampar diseluruh jagat raya. Maha Besar Tuhan dengan segala kuasa-Nya. Memberikan legalitas kepada kekasih-Nya untuk menjadi sebab kejadian mayapada. Manusia mulia yang namanya menghiasi 'Arsy, bersanding dengan lafadz suci ke-Esa-an Tuhan. 

Sekian melenium jagat raya tercipta beserta para mahluk Tuhan yang setia memuja dan memuji kepada-Nya. Para malaikat dan para jin mengagungkan nama Tuhan lewat dzikirnya masing-masing. Jibril sebagai punggawa para malaikat dan Azazil sebagai pimpinan para jin tunduk patuh menyembah dan mengagungkan Tuhan Yang Maha Kuasa. 

Sudah terencana bahwa Tuhan akan menciptakan satu lagi mahluk yang akan menjadi pemimpin dari alam semesta bernama manusia. Kun fayakun Tuhan berjalan dan jadilah manusia pertama Adam a.s yang menjadi datuknya semua umat manusia. Dia diangkat sebagai khalifah, pengganti Tuhan untuk memimpin bumi dan menjadi mahluk yang dijadikan bentuknya paling sempurna. 

Perintah Tuhan disampaikan kepada para malaikat dan jin agar menghormati Adam a.s. Malaikat yang memang cahaya adalah bahan dasarnya tunduk patuh menghormari Adam a.s, berbanding terbalik dengan jin yang dipimpin Azazil. Azazil dengan pongahnya berkata bahwa apalah artinya Adam a.s, mahluk dengan bahan dasar tanah liat jika dibanding dengan dirinya yang dicipta Tuhan dari bahan dasar api yang menyala. Tak digubris perintah Tuhan untuk menghormati Adam a.s, celaka Azazil beserta semua pasukannya. Laknat Tuhan diperuntukkan untuk mereka hingga mereka diusir dari surga. 

Tangis pecah meraung dan meledak, merah padam wajah Azazil yang kemudian namanya menjadi Iblis. Marah dan sumpah serapah ia lakukan dihadirat Tuhan. Dasar mahluk yang tau betapa tidak enaknya dilaknat oleh Yang Maha Kuasa, iblis meminta syarat agar bisa menggoda Adam a.s dan keturunannya hingga hari kiamat tiba. Maha Welas Asih, Allah Sang Rahiim yang Rahmaan meluluskan permohonan iblis dengan memberi pengecualian bahwa orang yang ikhlas menyembah dan berada di jalan Tuhan tidak akan bisa ia sesatkan.


to be continued ...




Komentar