Dalam Covid19 (3)


Momentum Covid19 membentuk kewaspadaan yang luar biasa pada semua manusia dan kehidupannya. Yang pada awalnya dengan sesuka hati bergaul, berkumpul, bercengkrama, bersilaturahmi, kini semua saling waspada hingga pada level curiga. Semua takut akan tertempeli oleh sebuah mahluk kecil dengan nama covid19 yang berpotensi mempercepat kematian. Sungguh luar biasa pengaruh dari mahluk kecil itu, bahkan orang yang mengaku paling kuat pun kini bersikap sangat waspada dengan keberadaannya.

Momentum covid19 membentuk sebuah tatanan sosial baru, dari yang awalnya sangat mudah melakukan mobilitas sosial kini jangankan keluar kota, keluar rumah saja sudah berpikir dua kali. Kalau keluar rumah saya mungkin bertemu dan bahkan diikuti mahluk covid19 itu, kalau tidak keluar rumah kemungkinan saya akan aman, lebih baik saya didalam rumah saja. Kira-kira demikian yang ada dalam benak sebagian orang karena tidak berani keluar rumah.

Momentum covid19 membentuk sikap sangat waspada terhadap memilih dan memilah makanan. Kebersihan dan kualitas menjadi lebih diperhitungkan dalam memilih makan, tidak asal comot seperti biasanya, yang entah itu apa yang masuk kedalam mulut dan perut yang penting enak dan lezat urusan resiko kesehatan itu nomor sekian.

Momentum Covid19 membuat kumat salah satu sifat manusia yang bernama kapok lombok. Sebelum adanya wabah mematikan berbuat kesana kemari apapun diterjang, mau halal mau haram yang penting saya untung dan bisa makan, persetan dengan aturan Tuhan karena Tuhan pun dianggap hanya ada saat pengajian. Kini ketika ada virus mematikan ramai-ramai tobat dan mendekat kepada-Nya mohon ampunan dan perlindungan. Bukan buruk atau baik yang saya permasalahkan, tapi pantas dan tidakkah kita mendekat kepada-Nya hanya saat kita dicekik kesulitan dan dihimpit keterbatasan ?
Momentum Covid19 membuat sebuah tata peredaran udara yang sudah lama dirindukan, hari-hari dengan sedikit polusi, jalan raya dengan sedikit sekali deru kendaraan sana-sini. Tanaman dipinggir-pinggir jalan bernafas lega beberapa waktu terahir ini. Lapisan ozon membaik setelah sekian lama menggunakan masker karena dipaksa bergumul dengan sekian banyak karbon monoksida dan gas-gas lain yang menjadi polusi udara.

Momentum Covid19 memberikan berbagai macam pengaruh yang luar biasa dalam tata kehidupan manusia. Coronavirus, sebuah mahluk kecil yang tidak bisa dilihat oleh mata telanjang, ciptaan Allah Yang Maha Besar. Allah Maha Besar yang menciptakan mahluk sekecil itu bisa menggegerkan seluruh manusia didunia. Allaahu Akbar betapa Maha Besarnya Allah yang telah menciptakan mahluk kecil untuk memberi peringatan kepada seluruh umat manusia didunia.
Bukan berarti Allah SWT kejam hendak menyiksa para mahluk-Nya dibumi ini, hal ini justru karena wujud dari kasih dan saying-Nya yang tidak terbatas kepada para mahluk-Nya. Dia mengingatkan kepada para hamba-Nya untuk kembali kejalan yang benar. Kembali kejalan yang sesuai dengan ajaran agama, yang dalam hal ini adalah agama Islam. Atau kalau bagi pemeluk agama selain Islam, adanya Covid19 ini adalah salah satu wujud kasih sayang Tuhan untuk menyeru manusia kembali ke ajaran luhur. Agama Budhi, agama yang mengagungkan budhi pekerti, tata krama, unggah-ungguh terhadap siapa dan apapun yang ada.

Tuhan telah berjanji untuk memberi siksaan kelak kepada para hamba-Nya yang durhaka dineraka. Tapi tidak serta merta Dia memberikan siksa itu, berkali-kali Tuhan memberikan kesempatan dan peringatan kepada para hamba-Nya untuk kembali kejalan kebenaran. Hidup berdasarkan hati nurani yang senantiasa mendapatkan intuisi dari Yang Maha Kuasa. Karena itulah jika kita lihat ajaran para leluhur kita, tidak satupun dari kehidupan yang tidak dikomunikasikan dulu kepada Sang Pencipta, ada selametan, ada bancakan, ada ritual dll. Itu digunakan semata-mata untuk berkomunikasi dengan Yang Maha Kuasa, agar apa yang dilakukan dibarengi dengan ridho dari-Nya.

Seiring dengan berkembangnya teknologi dan peradaban manusia, banyak yang melupakan itu. Mereka mengedepankan akalnya sendiri, bahkan mengedepankan nafsu mengesampingkan hati nurani, apalagi ajaran-ajaran yang suci. Covid19 dengan berbagai latar belakang yang membidani lahirnya, bagi penulis adalah sebagai pengingat agar manusia kembali mengingat kepada Hyang Widhi, Tuhan penguasa alam raya ini.


Komentar