Dalam Covid19 (4)


Maha Besar Allah yang menciptakan semua mahluk tanpa ada yang membawa manfaat.
Maha Besar Allah yang menciptakan setiap mahluk tanpa ada satupun detail yang terlewat.
Maha Besar Allah yang menciptakan setiap mahluk yang disangka lemah tapi sangat kuat.

Betapa setiap ciptaan Allah seremeh apapun itu pasti membawa manfaat. Kadang yang dianggap remeh malah sangat besar manfaatnya bagi kehidupan. Misalnya saja nyamuk, dalam al-Qur’an Allah menyatakan bahwa Dia tidak malu membuat contoh seekor nyamuk. Tenyata dengan adanya nyamuk, maka ada orang yang membuat pabrik obat nyamuk, lotion anti nyamuk, raket listrik anti nyamuk, dll yang semua itu bernilai ekonomis, sehingga bisa untuk menunjang kebutuhan ekonomi manusia.

Contohnya lagi rumput, rumput itu kalau kata orang Jawa asor, artinya hina dan memang rumput itu diinjak-injak orang dan binatang. Tapi tanpa rumput, binatang ternak yang bernilai jual tidak bisa makan, kalau tidak makan mereka mati dan pemilikny tidak bisa jualan. Pun kalau dihitung, harga rumput dengan binatang ternak sebenarnya lebih mahal rumputnya. Saya dapat ilmu ini dari Gus Baha, via online, seorang yang alim dan sangat disegani di jagat keilmuan Islam di Indonesia. Beliau pernah mengatakan, “coba dihitung harga sapi itu berapa, 20 juta misalnya, lalu rumputnya yang untuk makan tiap hari berapa kalau dikasih harga ? Anggaplah 20 ribu, kalau satu bulan 600 ribu, lah kalau setahun  sudah 7 juta 200 ribu, tinggal mengalikan saja.” Dari situ saya berpikir, itu baru rumput yang untuk pakan ternak, belum lagi rumput yang bisa digunakan untuk mengobati macam-macam penyakit, sirih, kenikir, simbukan, dan masih banyak lagi jenis rumput yang mempunyai banyak manfaat.

Dua contoh nyamuk dan rumput dengan seujung kuku pengetahuan dan pengalaman saya menjadi contoh ke-Maha Besar-an Allah yang menguasai segalanya. Semua yang ada didunia ini dikehendaki Allah untuk bisa ditundukkan manusia yang memang punya legalitas sebagai khalifah, pemimpin pengganti Allah dimuka bumi. Cuman manusianya saja yang tidak mau bersyukur, tidak mau matur nuwon, mursal  terhadap semua fasilitas yang diberikan Allah.

Banyak sekali diantara manusia, mungkin juga termasuk saya yang diberi duit banyak harta melimpah kurang bersyukur dan enggan membantu sesama, ada pengamen baru lewat sudah sinis, ada panitia tujuh belasan baru mengetuk pintu sudah pasang wajah sangar, dan masih banyak lagi. Kecuali kalau ada maunya, kita ini luar biasa, bikin panggung hiburan lalu bagi-bagi hadiah untuk menarik massa biar dikira orang baik dan pantas untuk menjadi ini itu.

Yang diberi wajah yang cantik yang tampan untuk sedekah berupa senyum saja sering enggan. Ketemu orang tidak saling sapa, sebaliknya malah saling curiga. Kalau punya tambahan ilmu pengetahuan sedikit saja dan diberi alat kekuasaan bernama podium dan microphone luar biasa garangnya. Tidak memberikan pencerahan berupa pesan kedamaian dan keilmuan, sebaliknya menakut-nakuti lawan bicaranya dengan fatwa dan keputusan yang janggal dan menimbulkan kewas-wasan.

Wujud dari syukur bisa dipraktikkan dengan terima kasih, mau nerima mau ngasih, ingin nerima harus ngasih, jangan hanya mau nerima tanpa mau ngasih, karena bagi orang yang mau ngasih pasti nerima lagi. Lalu apakah adanya covid19 disyukuri dengan ngasih virusnya kesemua orang ?, heh sebuah pertanyaan bodoh bin tolol yang keluar dari pikiran dangkal manusia koclok.  Cara besyukur, matur nuwon kepada Allah dengan adanya covid19 mungkin dengan memahami dan berbagi pemahaman dengan kesejukan serta kearifan bahwa semakin berat ujian manusia, semakin tinggi juga derajatnya disisi Tuhan jika terus berjuang menghadapinya. Pun cara menghadapinya tidak serta merta pasrah bongkokan atau pasrah total tanpa usaha, tentu dengan usaha secara fisik dengan mencuci tangan , menggunakan masker, physical distancing, dsb.

Cara yang lain adalah dengan membantu sebisa mungkin terhadap seluruh orang yang dirangkul oleh covid19, mungkin dengan do’a, dengan donasi melalui lembaga-lembaga sosial, membuat masker dan mendistribusikannya baik secara cuma-cuma maupun dengan bandrol harga, membuat PAD bagi yang punya kemampuan menjahit. Walaupun toh nantinya PAD itu dijual dengan sejumlah harga, dengan niat membantu membuatkan sarana penanganan covid19 itu insya Allah bernilai mulia dalam pandangan Sang Pencipta.

Ada juga orang dengan kewaspadaan yang tinggi tanpa keilmuan yang mapan dengan pongah menolak kehadiran saudaranya yang menjadi pejuang dalam tugas kemanusiaan menjadi perawat pasien covid19 untuk dikebumikan diwilayahnya. Sungguh keputusan yang sangat tidak manusiawi, dia yang sudah rela mengorbankan nyawanya berdasarkan keilmuan yang dimilikinya untuk para penyandang covid19 ditolak jasadnya untuk disemayamkan ditanah kelahirannya. Apakah jika disemayamkan disatu pekuburan maka jenazah-jenazah dikuburan sekitarnya akan tertular covid19 juga ?

Maha Besar Allah yang menciptakan mahluk bernama covid19, yang entah bagaimana dia bisa muncul ke jagat raya ini dan bisa menggegerkan seluruh manusia dari ujung Barat hingga ujung Timur. Agaknya Allah dengan kasih sayang-Nya yang melebihi murka-Nya memberikan covid19 sebagai sapaan kepada manusia, “Kalian jangan terlalu dekat dengan manusia, kalian jangan terlalu dengan mereka yang mendekatimu saat mereka butuh saja, dekatlah kepada-Ku, aku siap ada saat kamu susah maupun bahagia, dekatlah kepada-Ku karena Aku yang memberimu susah dan bahagia, dekatlah kepada-Ku yang kepada-Ku lah bersumber semua susah dan bahagia”. Kira-kira begitulah pesan-Nya kepada manusia.

Hanya saja kembali lagi manusia yang memang sudah berlebihan cinta kepada selain-Nya. Mengaku cinta kepada-Nya, mengaku menjadikan kitab-Nya sebagai pedoman, mengaku menjadikan Nabi-Nya sebagai panutan, dan banyak lagi pengakuan namun ternyata hanya sampah omong kosong dan bualan. Bohong, ingkar janji, dan tidak menjalankan amanah, tiga cirri kemunafikan yang sangat sering tidak terasa dilakukan manusia terhadap Tuhan.

Summun, bukmun, umyun fahum laayarji’uun.

Tuli, bisu, dan buta lah sudah manusia, mata hatinya buta, kejujurannya bisu, pendengarannya tidak selektif dan tidak arif. Allah dengan keluasan cinta-Nya mengingatkan kembali manusia akan kesalahan-kesalahannya, kalaupun dianggap covid19 adalah murka-Nya, maka yang harus kita ingat adalah pertaubatan kita sebagai hamba akan dikabulkan-Nya dalam kasih yang melebihi luas jagat raya.


Komentar