Dalam pelajaran biologi telah dijelaskan bahwa salah satu tujuan manusia berkembang biak adalah melestarikan jenisnya. Dalam agama pun diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW untuk memperbanyak keturunan yang berkualitas. Tentunya manusia yang berkualitas adalah yang bisa melaksanakan status dan perannya. Dalam al-Qur'an dijelaskan bahwa status dan peran manusia adalah sebagai 'basyar' (mengandung pengertian secara fisik bahwa manusia adalah mahluk Allah yang tercipta dari tanah), insaan (memiliki pengertian manusia dari sudut pandang psikis, bahwa manusia merupakan mahluk Allah yang sering berbuat kelalaian dan kesalahan), 'abdun (mahluk Allah yang berkewajiban untuk menghamba, melayani-Nya), dan khalifah (pemimpin bumi pengganti atau wakil Allah).
Manusia sebagai mahluk individual maupun sosial tidak terlepas dari keempat hal diatas. Sebagaimana wajarnya mahluk sosial, manusia membangun interaksi dan komunikasi dengan apapun yang ada disekelilingnya. Orang-orang yang memiliki pandangan atau gagasan yang sama atas suatu objek akan membentuk sebuah kelompok. Baik kelompok yang benar-benar terorganisir maupun kelompok kecil yang hanya hidup dalam waktu yang relatif singkat.
Pada kelompok yang terorganisir dengan rapi, maka penambahan jumlah anggota menjadi salah satu target, sehingga dilakukan berbagai upaya perekrutan anggota. Orang-orang diluar organisasi diberikan pemahaman untuk bergabung, yang kemudia bagi mereka yang sudah masuk, diberikan doktrin bahwa organisasi yang diikutinya adalag organisasi yang 'paling' benar. Hal ini masih dalam batas wajar demi loyalitas anggota terhadap sebuah organisasi. Namun ketika hal ini melahirkan fanatik buta, radikalisme akan berkembang dan buahnya adalah konflik baik intern maupun ekstern.
Orang yang fanatik buta tidak bisa menyaring ide atau gagasan dari luar kelompoknya. Ia menganggap segala sesuatu yang bukan dari kelompoknya adalah salah, mengkritik kelompoknya adalah perbuatan yang salah dan dianggap memusuhi. Jika demikian, orang tidak akan bisa berpikir jernih, tidak ada beda software dalam dirinya dengan software dalam robot, bisa disetir kekanan, kekiri, mudah dikendalikan, dan mudah dimanfaatkan serta ditunggangi kepentingan yang negatif oleh segelintir orang.
Terlihat orang-orang yang fanatik buta berkumpul di suatu tempat, mereka berkumpul bersama para orang yang memanfaatkan mereka. Jika diambil jarak sedikit saja, maka dapat dilihat bahwa sepertinya mereka berasatu, namun hati mereka bercerai berai. Hati yang tercerai-berai kering dari ide-ide segar. Mereka selalu diberi makanan berupa ide-ide yang sepertinya baik, tapi bagaikan menanam bom waktu yang suatu saat akan merugikan diri mereka, pun pasti pula dengan orang lain yang tidak ikut campur.
Tahapan pertama manusia adalah basyar, kemudian insaan, 'abdun, baru khalifah. Saat ini banyak yang salah kaprah dan tidak mau bersabar bahwa keempat hal itu adalah serangkaian proses. Inginnya cepat mencapai status khalifah namun tidak paham apa makna dari khalifah. Khalifah tidak sekedar pemimpin manusia, khalifah adalah pemimpin jagat raya. Pemimpin jagat raya dalam budaya jawa disebut Hamengku Buwono, bahwa buwono adalah dunia dan isinya. Dan orang yang berhak menduduki tingkat tersebut adalah yang sudah melaksakan status dan peran sebagai basyar, insaan, dan 'abdun dengan baik. Saat ini, banyak yang belum sadar siapa dirinya, memimpin dirinya sendiri tidak mampu, tapi ingin berkuasa dan memimpin orang lain. Padahal dalam hadits, Rasulullah menyampaikan bila sesuatu dipegang bukan oleh ahlinya, maka cepat atau lambat pasti akan terjadi kerusakan atasnya.
Dalam al-Qur'an juga sudah dijelaskan bahwa adanya kerusakan didarat dan dilaut disebabkan tangan-tangan manusia. Tangan manusia bisa juga dimaknai dengan kekuasaan, apabila yang berkuasa adalah orang yang bijak, maka 'tangan' akan membawakan berkah Allah kepada seluruh rakyat, sebaliknya jika 'tangan' adalah tangan yang dzalim, maka akan membawakan disharmoni yang merugikan bagi sesama.
Kerusakan didarat dan dilaut dapat bermakna kerusakan alam, kerusakan hubungan sosial, kerusakan ekonomi, kerusakan moral, dll. Tangan manusia memegang peranan penting, gerak tangan dipengaruhi perintah otak, maka sebelum tangan bergerak, otak harus sadar dan nurani mengendalikannya bersamaan dengan intuisi dari Allah agar gerak tangan tidak salah, atau paling tidak, tidak seratus persen salah. Bersatu dan serasinya tangan dengan otak dan nurani, pemimpin, pelaksana, dan yang dipimpin akan menjadi kebaikan bersama, bukan tahsabuhum jamii'an waquluubuhum syattaa.
Manusia sebagai mahluk individual maupun sosial tidak terlepas dari keempat hal diatas. Sebagaimana wajarnya mahluk sosial, manusia membangun interaksi dan komunikasi dengan apapun yang ada disekelilingnya. Orang-orang yang memiliki pandangan atau gagasan yang sama atas suatu objek akan membentuk sebuah kelompok. Baik kelompok yang benar-benar terorganisir maupun kelompok kecil yang hanya hidup dalam waktu yang relatif singkat.
Pada kelompok yang terorganisir dengan rapi, maka penambahan jumlah anggota menjadi salah satu target, sehingga dilakukan berbagai upaya perekrutan anggota. Orang-orang diluar organisasi diberikan pemahaman untuk bergabung, yang kemudia bagi mereka yang sudah masuk, diberikan doktrin bahwa organisasi yang diikutinya adalag organisasi yang 'paling' benar. Hal ini masih dalam batas wajar demi loyalitas anggota terhadap sebuah organisasi. Namun ketika hal ini melahirkan fanatik buta, radikalisme akan berkembang dan buahnya adalah konflik baik intern maupun ekstern.
Orang yang fanatik buta tidak bisa menyaring ide atau gagasan dari luar kelompoknya. Ia menganggap segala sesuatu yang bukan dari kelompoknya adalah salah, mengkritik kelompoknya adalah perbuatan yang salah dan dianggap memusuhi. Jika demikian, orang tidak akan bisa berpikir jernih, tidak ada beda software dalam dirinya dengan software dalam robot, bisa disetir kekanan, kekiri, mudah dikendalikan, dan mudah dimanfaatkan serta ditunggangi kepentingan yang negatif oleh segelintir orang.
Terlihat orang-orang yang fanatik buta berkumpul di suatu tempat, mereka berkumpul bersama para orang yang memanfaatkan mereka. Jika diambil jarak sedikit saja, maka dapat dilihat bahwa sepertinya mereka berasatu, namun hati mereka bercerai berai. Hati yang tercerai-berai kering dari ide-ide segar. Mereka selalu diberi makanan berupa ide-ide yang sepertinya baik, tapi bagaikan menanam bom waktu yang suatu saat akan merugikan diri mereka, pun pasti pula dengan orang lain yang tidak ikut campur.
Tahapan pertama manusia adalah basyar, kemudian insaan, 'abdun, baru khalifah. Saat ini banyak yang salah kaprah dan tidak mau bersabar bahwa keempat hal itu adalah serangkaian proses. Inginnya cepat mencapai status khalifah namun tidak paham apa makna dari khalifah. Khalifah tidak sekedar pemimpin manusia, khalifah adalah pemimpin jagat raya. Pemimpin jagat raya dalam budaya jawa disebut Hamengku Buwono, bahwa buwono adalah dunia dan isinya. Dan orang yang berhak menduduki tingkat tersebut adalah yang sudah melaksakan status dan peran sebagai basyar, insaan, dan 'abdun dengan baik. Saat ini, banyak yang belum sadar siapa dirinya, memimpin dirinya sendiri tidak mampu, tapi ingin berkuasa dan memimpin orang lain. Padahal dalam hadits, Rasulullah menyampaikan bila sesuatu dipegang bukan oleh ahlinya, maka cepat atau lambat pasti akan terjadi kerusakan atasnya.
Dalam al-Qur'an juga sudah dijelaskan bahwa adanya kerusakan didarat dan dilaut disebabkan tangan-tangan manusia. Tangan manusia bisa juga dimaknai dengan kekuasaan, apabila yang berkuasa adalah orang yang bijak, maka 'tangan' akan membawakan berkah Allah kepada seluruh rakyat, sebaliknya jika 'tangan' adalah tangan yang dzalim, maka akan membawakan disharmoni yang merugikan bagi sesama.
Kerusakan didarat dan dilaut dapat bermakna kerusakan alam, kerusakan hubungan sosial, kerusakan ekonomi, kerusakan moral, dll. Tangan manusia memegang peranan penting, gerak tangan dipengaruhi perintah otak, maka sebelum tangan bergerak, otak harus sadar dan nurani mengendalikannya bersamaan dengan intuisi dari Allah agar gerak tangan tidak salah, atau paling tidak, tidak seratus persen salah. Bersatu dan serasinya tangan dengan otak dan nurani, pemimpin, pelaksana, dan yang dipimpin akan menjadi kebaikan bersama, bukan tahsabuhum jamii'an waquluubuhum syattaa.
Komentar
Posting Komentar