Mendengar kata imunisasi berarti langsung terbesit di pikiran kita bahwa akan ada pemasukan zat dari luar tubuh ke dalam tubuh kita untuk memperkuat sistem imun. Adanya imunisasi dilatar belakangi oleh munculnya penyakit, munculnya penyakit berasal dari disharmoni antara bakteri dengan tubuh manusia. Kesehatan manusia bukan seutuhnya kesehatan fisik. Terlanjur dipahami bahwa didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Nah, sepintas mungkin hal itu dapat dibenarkan, namun di sisi lain, apakah orang yang mengalami sakit jiwa lantas fisiknya lemah ? Apakah orang yang stress atau depresi memiliki fisik yang lemah ?
Mungkin, yang benar adalah didalam jiwa yang sehat terdapat tubuh yang kuat. Sebagai contoh dapat kita ambil dari beberapa perspektif. Misalnya dari segi ruang, orang yang hidup di kutub yang sangat dingin tahan terhadap cuaca yang sangat ekstrim, orang yang hidup di gurun yang panas juga tahan terhadap cuaca ekstrim, mereka kuat menjalani kehidupannya dan bertahan hidup disana dengan berbagai upaya, dan nyatanya sampai saat ini sangat banyak orang yang hidup di tempat-tempat ekstrim tersebut. Mereka mendayagunakan akalnya dengan penuh keyakinan membuat sebuah formula dan mencobanya sehingga apapun caranya mereka bisa tetap melangsungkan kehidupan disana.
Di Indonesia yang merupakan salah satu negara tropis dengan kondisi geografis yang terbaik di dunia seharusnya manusia yang hidup diatasnya memiliki kesehatan yang lebih pula. Kalau mendengar cerita bapak-ibu, atau kakek-nenek kita, zaman dahulu orang sakit paling pilek, batuk, pusing, atau masuk angin, dan penyakit-penyakit yang menurut keilmuan kesehatan modern tergolong ringan. Obatnya pun ringan, jahe, kencur, daun simbukan, dsb yang bisa didapatkan dengan mudah disekitar rumah. Masyarakat Indonesia memiliki daya tahan yang kuat ditunjang dengan kondisi alam yang sangat baik pula. Sehingga bangsa Indonesia menjadi lebih kuat dan tangguh baik dari psikis maupun fisiknya. Terlihat dari berbagai macam produk kebudayaan yang ada di seluruh penjuru bumi Nusantara.
Bukan kehidupan manusia jika tidak ada baik-buruk. Kelebihan atau fadhilah yang dimiliki bangsa Indonesia mengundang bangsa diluar Indonesia untuk ikut memilikinya juga. Bangsa Indonesia bukan bangsa pelit, silahkan kalau mau ikut merasakan nikmat Tuhan yang dititipkan di Indonesia. Tapi keserakahan bangsa di luar Indonesia yang ingin mencicipi berubah menjadi ingin memiliki. Rasa itu muncul karena memang jiwanya kurang atau bahkan tidak sehat. Disitulah mulai muncul niatan untuk ngerusuhi dan merusak bangsa Indonesia.
Tahun 1945 secara de jure dan de facto Indonesia menyatakan diri sebagai bangsa berdaulat dan merdeka. Meskipun setelah tahun-tahun itu masih banyak penyerangan secara fisik maupun psikis kepada bangsa Indonesia, baik perang maupun teror, dsb. Hingga saat reformasi dan saat ini bangsa Indonesia masih saja direcoki oleh bangsa asing dengan berbagai statement mereka. Dari berbagai sisi bangsa Indonesia diserang, termasuk dari sisi atau bidang kesehatan. Jiwa bangsa Indonesia yang sudah sehat diracuni dengan pemahaman bahaya makanan atau minuman yang dibuat-buat, padahal bangsa Indonesia sudah memahami bahwa yang berbahaya bukan makanan atau minumannya tapi dosis atau takarannya. Tentu terlepas dari konsep ajaran agama, yang ingin penulis sampaikan adalah dari segi kemanusiaannya.
Keberhasilan bangsa asing membohongi bangsa Indonesia adalah mengaburkan cara berfikir bangsa Indonesia yang sudah adiluhung, melihat bangsa Indonesia yang sangat religius maka pintu yang bernama agama dijadikan alat untuk menggelontorkan bahan-bahan, ide-ide, yang seakan-akan berasal dari Tuhan, padahal produk hawa nafsu dan keserakahan.
Dalam hal kesehatan, bangsa Indonesia yang sudah memiliki pedoman dan jiwa yang sehat diberi pemahaman bahwa makanan ini buruk, ini jelek, ini bahaya, maka dengan itu si pembohong menawarkan obat, suplemen, sebagai antisipasi agar tidak sakit. Secara tidak sadar, bangsa Indonesia diberi pemahaman bahwa mereka lemah, tidak memiliki sistem imun yang kuat. Dan saat ini banyak berceceran obat, suplemen, yang katanya untuk menghilangkan penyakit, memang benar penyakit fisik hilang, namun tanpa sadar dibenak si konsumen obat atau suplemen tertanam mainset bahwa tanpa suplemen maka dia lemah, ia butuh suplemen.
Cara berpikir yang demikian membuat bangsa ini menjadi gopok, gamoh, methel, dan kehilangan keseimbangannya untuk berdiri sendiri. Bukan berarti penulis menyatakan tidak perlu obat, dunia farmasi itu jelek, sama sekali tidak. Penulis menegaskan kembali bahwa kesehatan fisik berasal dari kesehatan psikis atau jiwa.
Komentar
Posting Komentar