Agama dalam Seni, Seni dalam Agama

Kesenian identik dengan keindahan, sebuah hal umum yang sudah banyak diketahui orang. Kesenian diidentiikkan dengan aktifitas menggambar, melukis, bernyanyi, teater, bermusik, dsb. Banyak yang lupa bahwa seni merupakan salah satu tiang penyangga kehidupan agar tidak ambruk, luluh lantak ditelan gelapnya zaman.
Sebagian orang yang lupa bahwa seni tidak hanya berkaitan dengan keindahan, melainkan bertalian erat pula dengan keadilan. Dalam sikap dinamakan adil, dalam ucapan dinamakan jujur, dalam olahraga dinamakan sportif, dalam bentuk tubuh dikatakan proporsional, dsb. Keadilan dalam seni terletak pada kejujuran seniman dalam mengekspresikan dirinya melalui karyanya yang dapat dirasakan banyak orang, sehingga dalam menikmati karya seninya, orang lain akan merasakan sebuah pesan moral yang tinggi dalam karya seni tersebut.
Sebagian orang mengatakan bahwa berkesenian akan membuat orang lupa kepada Tuhannya, lupa akan agamanya. Padahal menurut para filsuf bahwa puncak dari kehidupan adalah ‘bertemu’ dengan Yang Maha Indah. Ada ranah ontologi, epistimologi, dan aksiologi – benar-salah, baik-buruk, indah-dan tidak indah. Jadi agama tidak bisa dipisahkan dari kesenian, sebab praktik ibadah keagamaan merupakan wujud ekspresi keindahan hubungan Tuhan dengan hamba-Nya.
Ada beberapa macam seni yang kita kenal, ada seni rupa, seni musik, seni lukis, dll. Bila agama dimaknai sebagai seni, maka dapat penulis temukan beberapa hal berikut :
Dalam seni rupa ada yang dinamakan fungsi murni dan fungsi terapan. Fungsi murni mengedepankan keindahan rupa karya seni terhadap makna dari karya seni itu sendiri. Adapun fungsi terapan adalah mengedepankan nilai manfaat dari karya seni rupa tersebut disamping keindahan bentuknya. Karya seni rupa yang indah berarti karya seni yang memiliki keindahan rupa serta makna dan manfaat yang besar bagi manusia.

Agama yang dimaknai secara murni maka hanya akan mengedepankan keindahan beribadah kepada Tuhan secara ritual, tanpa melakukan pemaknaan terhadap ibadah ritual itu. Misalnya banyak orang sholat, tapi ia belum bisa melakukan pemaknaan dari sholat itu sendiri. Sholat yang artinya do’a belum bisa diejawantahkan olehnya yakni mewujudkan do’a-do’a dalam sholatnya. Misalnya dalam bacaan tahiyat ada ucapan “assalaamu ‘alaynaa wa’alaa ‘ibaadillaahis shaalihiin” – keselamatan atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang shalih (baik). Bagi orang yang mengedepankan fungsi agama secara murni maka ia akan khusyuk dalam mengucapkan kalimat itu dalam sholatnya. Tapi diluar sholatnya, ia belum bisa mewujudkan suasana yang menjamin keselamatan para hamba Tuhan.

Ada pula orang yang mengedepankan fungsi terapan dari agama. Agama adalah hubungan sosial, agama adalah pemersatu diantara sekian banyak hamba Tuhan. Disini banyak orang mengira bahwa tidak sholat tidak masalah asalkan melakukan hubungan baik terhadap sesama mahluk. Melakukan sebuah kebaikan terhadap mahluk Tuhan adalah suatu hal yang sangat terpuji, dengan itu kita menghargai Penciptanya. Tapi yang salah adalah ketika berbuat baik terhadap ciptaan Tuhan, tapi mengesampingkan Penciptanya.

Disitulah ketidak adilan dari seorang hamba terhadap praktik keagamaannya.

Dalam seni teater seorang aktor dituntut untuk memainkan perannya dengan penuh totalitas dan tanggung jawab. Penuh totalitas artinya aktor memainkan karakter dalam teater seakan-akan ia menjadi karakter yang diperankannya. Berarti dia munafik ? Secara teknis memang iya, tapi secara praktis tidak. Dalam hal ini aktor melakukan penyampaian pesan kepada audiens, dimana audiens sudah sangat faham betul bahwa apa yang dilihatnya hanya sandiwara. Pembohongan, ketidak amanahan, dan penghianatan terjadi ketika pelaku melakukannya dengan sengaja kepada orang lain diluar pertunjukan, dan pesan yang disampaikannya adalah suatu hal yang negatif. Berbeda dengan pembohongan yang dilakukan untuk menambah motivasi, misalnya mengatakan masakan yang enak padahal rasanya nggak ngalor nggak ngidul, namun setelah itu diberikan sedikit kalimat yang menyatakan akan lebih baik bila masakan itu ditambah ini atau dikurangi itu.

Tanggung jawab dalam teater adalah meliputi kesiapan aktor, utamanya secar teknis dalam melakukan perannya. Dalam kehidupan diluar teater, seorang petani harus penuh tanggung jawab dalam mengelola sawahnya, seorang ibu harus serius dalam melakukan perannya sebagai ibu, seorang pedagang harus tanggung jawab terhadap kenyamanan pembeli, dll.

Dalam seni musik hal yang terindah adalah ketika susunan nada enak didengar. Suara atau bunyi berasal dari kumpulan getaran, kumpulan getaran akan menjadi gelombang, kumpulan gelombang bisa menjadi bunyi, kumpulan bunyi menjadi nada, kumpulan nada menjadi irama, kumpulan irama menjadi musik.  Suara sejati adalah suara Sang Pencipta, Yang Maha Indah, oleh karena itu ibadah yang bersinggungan langsung menghadap-Nya tidak perlu ditambah lagi dengan aransemen musik, yakni sholat, karena keindahannya sudah sempurna.

Berbeda dengan adzan, membaca al-Qur’an, dzikir, wirid, shalawat, dsb. Boleh bagi manusia memperindahnya dengan aransemen tertentu. Adzan dan al-Qur’an adalah hal paling indah, sebab diciptakan langsung oleh Tuhan, sehingga tidak diperkenankan pula aransemen padanya selain aransemen nada. Berbeda dengan dzikir, wirid, dan shalawat yang merupakan ciptaan manusia, maka diperbolehkan mengaransemen menggunakan ornamen berupa alat musik, sebab keindahan ciptaan manusia berbeda dengan kesempurnaan keindahan karya Yang Maha Kuasa.

Dalam seni lukis, tidak ada garis pembatas dalam sebuah lukisan, yang ada adalah pertemuan warna-warna yang berbeda. Warna-warna yang akan menjadi indah dan sarat makna. Dalam hidup sehari-hari pun sebenarnya tidak ada batas yang menyekat seseorang untuk berinteraksi dengan sesamanya, namun dasar manusia yang mengada-ada karena nafsunya, mereka menciptakan garis yang membatasi pergaulan. Sehingga ada kesenjangan diantara manusia.  Sehingga mobilitas sosial dan pergaulan sosial menjadi sesuatu yang bersifat kaku, dingin, dan tegang.

Padahal dalam al-Qur’an setiap manusia diperintahkan Tuhan untuk saling mengenal diantara perbedaan yang diciptakan-Nya. Manusia diperintahkan untuk saling membaur satu dengan yang lainnya, dengan semangat ketaqwaan yang ada dalam jiwa keagamaan mereka.

Kembali penulis menegaskan bahwa seni merupakan bagian dari agama. Jika sesuatu dihubungkan dan dilaksanakan menurut norma dan nilai agama, maka tidak ada perbuatan negatif, tidak ada dosa. Tapi memang dasar manusia yang dikaruniai nafsu oleh Tuhan, yang sering nafsu itu membabi buta mengalahkan nilai dan norma agama yang digenggamnya. Dengan kesenian, hidup manusia menjadi indah, dalam keagamaan hidup manusia akan menjadi terarah. Maha Suci Tuhan yang menciptakan segala yang ada, yang semuanya mengejawantahkan ke-Maha Indah-an Penciptanya.

Komentar