Mengganti Dasar Negara ??? Karepe Opo ???



Ada pepatah mengatakan tidak ada asap kalau tidak ada api, semua ini ada sebab musababnya, bahkan setiap ayat dalam al-Qur’an pun tidak turun secara sekaligus, namun disertai sebab turunnya, sesuai dengan kebutuhan Rasul pada saat akan menerima wahyu. Setelah Rasul menerima wahyu, maka setelah itu beliau menimbang, memilih cara yang tepat dalam menyampaikan wahyu tersebut kepada umatnya. Adakalanya beliau langsung menyampaikan dengan tegas, adakalanya beliau sampaikan dengan mengajak umatnya berdiskusi dulu, dll. Semua disesuaikan dengan situasi dan kondisi, asalkan target menyampaikan wahyu Tuhan tercapai, habis perkara.
            Sebagai manusia sekaligus Rasul terbaik, beliau tidak mau angkat tangan ketika selesai menyampaikan ayat-Nya. Beliau masih membimbing umatnya untuk menghayati ayat-ayat-Nya, hingga orang yang enggan mengikutinya pun menjadi luluh akan kelembutan yang membalut sifat ketegasannya. Lalu apakah tujuan perang-perang yang dilakukannya pada masa itu ? Dalam ajaran yang diterimanya dijelaskan bahwa beliau dan pengikutnya dilarang memerangi yang tidak memerangi mereka, atau dalam kata lain perang yang dilakukan adalah untuk membela diri. Tidak ada satu pun ajaran untuk mencari gara-gara terhadap orang atau kelompok lain, apalagi sampai menghina, mengutuk, memusuhi, dll. Demikian kira-kira yang terjadi pada masa hidup Rasul sebagai pemimpin umat Islam.
            Terlepas setelah beliau wafat, sedikit demi sedikit pemimpin umat Islam mulai ambisius untuk menaklukkan wilayah-wilayah di berbagai penjuru dunia. Memang disebutkan dalam sebuah hadits bahwa diperintahkkan untuk berjihad sampai seluruh umat manusia mengucapkan syahadat. Mungkin ini yang menjadi landasan pemikiran para pemimpin umat Islam masa itu untuk menaklukkan dunia. Namun, apakah mereka tidak mengerti bahwa dalam al-Qur’an ada ayat menyatakan bahwa setiap manusia diberi kebebasan oleh Tuhan untuk beriman kepada-Nya atau mengingkari-Nya. Tuhan tidak memaksa manusia untuk bersyahadat kepada-Nya.
            Bagi beberapa pemimpin umat Islam masa itu, bagi mereka yang faham akan ajaran kasih sayang dalam Islam, mereka mengambil jalan tengah. Jalan tengah yang diambil adalah mereka menguasai daerah-daerah di dunia, namun tetap memberikan kebebasan bagi setiap warga negara untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinannya. Hukum yang dijalankan pun tidak memihak kepada umat Islam saja, hukum diterapkan kepada semua elemen dalam kerajaan, tanpa pandang bulu, dsb. Konsentrasi para pemimpin adalah mengembangkan wilayah Islam dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Dari sini Islam menyinarkan cahaya cerah kepada dunia, dan dapat menjadi panutan yang benar-benar mengayomi seluruh umat manusia.
            Bukan manusia jika tidak memiliki nafsu untuk berkuasa, menjadi paling kaya, dsb. Kiranya kalimat singkat tersebut menjadi salah satu faktor munculnya orang-orang yang ingin menjadi penguasa dengan menggunakan berbagai cara. Mereka yakin dengan kekuasaan dapat memuaskan nafsu mereka, dapat memberikan apa-apa yang diinginkan, harta, suami atau istri, dsb. Maka satu-satunya mahluk yang menyimpan dendam kepada manusia memanfaatkan adanya nafsu dalam diri manusia untuk menjadikannya terkutuk dan gelap mata hati, sehingga ia tidak bisa menatap Tuhannya. Apapun digunakan dalam upaya mendapatkan kekuasaan itu, bisa dengan menjatuhkan orang lain, memicu konflik, adu domba, fitnah, dll.
            Kita tarik benang merah dengan negara kita, Indonesia. Dari segi geografis, Indonesia menempati kawasan strategis, iklimnya, kondisi tanahnya, airnya, alamnya, dsb. Sumber daya alam yang melimpah dan kondisi alam yang tenang membuat semua bangsa di dunia ingin memilikinya. Dari iklim dan suasana yang tenang tersebut mempengaruhi kondisi psikis manusia yang hidup disana. Mereka cenderung tenang jiwanya, memiliki hubungan sosial yang baik, serta memiliki keseimbangan dalam berfikir dan bersikap. Kondisi yang demikian memunculkan budaya yang indah, semua kebudayaan asli Indonesia memiliki nilai artistik sekaligus religius. Semuanya dihubungkan dengan kekuasaan Sang Pencipta, sehingga apapun yang dilakukan dilandaskan pada nilai-nilai keindahan dan kereligiusan yang tinggi.
            Siapa cepat dia dapat, itulah kiranya ungkapan yang tepat terhadap bangsa asing yang ingin menguasai Nusantara. Dimulai dengan datangnya Portugis hingga berahirnya masa penjajahan Jepang. 1 Juni 1945, pada hari itu lahir dasar negara yang disepakati oleh para pendiri negara Indonesia. Sebagaimana dalam alinea sebelumnya, dasar negara yang disepakati tersebut berasal dari ketenangan jiwa dan keseimbangan berpikir dan bersikap yang dimiliki bangsa Indonesia. Sehingga sampai saat ini dasar negara tersebut tetap dipertahankan dan dibela dengan sepenuh hati bila ada yang melecehkan atau bahkan ingin menggantinya.
            Ahir-ahir ini marak pemberitaan tentang pembubaran ormas yang hendak mengganti ideologi NKRI. Lucunya dari ormas tersebut adalah ormas tersebut tidak memiliki sumbangsih apapun terhadap perjuangan merebut tanah Nusantara dari penjajah. Ormas tersebut merupakan ormas impor dan melahirkan kader-kader dengan pemikiran instan nan dangkal. Dengan sedikit polesan berbau agama dan iming-iming surga, para kadernya rela melakukan apapun demi terselenggaranya keporak-porandaan yang akan mempermudah orang-orang ambisius yang menginginkan kekuasaan atas Indonesia.
            Jika dilihat dari imbalan akan surga yang dijannikan kepada mereka, apakah mereka lupa atau bagaimana bahwa separuh gambaran surga surga sudah ada di Nusantara. Sungai yang mengalir, kebun yang bersemi, buah-buahan yang melimpah, istri yang cantik, dst. Ini menunjukkan kedangkalan dalam berpikir, serta kurang teliti atau kurang selektif dalam menerima dan mengelola fakta dan data. Bak daun kering, mudah dikumpulkan namun ketika berkumpul dan bergesekan, dedaunan itu akan berisik dan mudah sekali untuk dibakar.
            Ada yang mengatakan bahwasanya ideologi kita, Pancasila tidak sesuai dengan Islam. Pertanyaan yang muncul karena kelucuan itu adalah apakah dia turut merumuskan Pancasila ? Apakah dia yang mengatakan demikian sudah memiliki kapasitas keilmuan dan kecerdasan setara dengan para pendahulu bangsa Indonesia yang merumuskan dan mengusung Pancasila sebagai dasar negara ? Kalau kita suudzon kepada mereka maka kita akan beranggapan bahwa mereka adalah orang-orang bodoh yang tidak tahu apa-apa, dan menganggap mereka pemberontak.
            Akan tetapi kalau kita coba cermati lebih dalam, sebagaimana ungkapan diawal bacaan ini, tidak ada asap bila tidak ada api. Mereka adalah sekelompok orang yang diperalat, mereka hanya disuguhi dan dicekoki bangkai busuk oleh orang-orang yang ingin menjarah Nusantara, sedang hidangan bangkai busuk tersebut dibumbui dengan varian rasa agama dan manisnya janji aroma surga. Tidak serta merta setiap orang diperlakukan demikian, namun dibidik dulu siapa yang menjadi publik figur mereka. Imam mereka kena, maka mudahlah meluluhkan jamaahnya.
            Faktor lainnya bisa jadi karena mereka yang ingin mengganti ideologi kita adalah ketidakpuasan akan pelaksanaan hukum yang didasari oleh Pancasila. Oleh kaena itu Pancasila dianggap tidak sesuai diterapkan dan dianggap buruk, sehingga Pancasila layak diganti dengan kitab suci. Padahal kalau kita cermati sila manakah yang bertentangan dengan isi kitab suci dari 6 agama yang diakui di Indonesia ? Semua sila sesuai, apalagi yang mengatasnamakan Islam, semua sesuai. Sila pertama merupakan rumusan dari ajaran tauhid, yang kemudian menjadi induk dari empat sila berikutnya.
Maka, disini saya kira dapat saya simpulkan bahwa nasionalisme dan patriotisme ada didalam bingkai agama. Jika orang beragama maka ia punya jiwa nasionalis, apapun yang akan merusak bangsanya akan ia halangi, pertimbangannya bukan agama atau ras, namun rasa kebangsaan dan kemanusiaan, sesama mahluk Tuhan yang hidup di negara yang sama, menghirup udara yang sama, air yang sama. Dalam keadaan apapun dan dengan cara apapun ia akan melindungi negaranya, karena negara sudah menyatu dalam jiwanya. Timbal baliknya adalah negara akan memberinya keamanan, kenyamanan, kesejahteraan. Bukankan salah satu tujuan adanya agama adalah mengatur yang tidak teratur sehingga mewujudkan kenyamanan bersama ?

Komentar