Ada pepatah mengatakan tidak ada asap kalau tidak ada api, semua
ini ada sebab musababnya, bahkan setiap ayat dalam al-Qur’an pun tidak turun
secara sekaligus, namun disertai sebab turunnya, sesuai dengan kebutuhan Rasul
pada saat akan menerima wahyu. Setelah Rasul menerima wahyu, maka setelah itu
beliau menimbang, memilih cara yang tepat dalam menyampaikan wahyu tersebut
kepada umatnya. Adakalanya beliau langsung menyampaikan dengan tegas,
adakalanya beliau sampaikan dengan mengajak umatnya berdiskusi dulu, dll. Semua
disesuaikan dengan situasi dan kondisi, asalkan target menyampaikan wahyu Tuhan
tercapai, habis perkara.
Sebagai manusia sekaligus Rasul
terbaik, beliau tidak mau angkat tangan ketika selesai menyampaikan ayat-Nya.
Beliau masih membimbing umatnya untuk menghayati ayat-ayat-Nya, hingga orang
yang enggan mengikutinya pun menjadi luluh akan kelembutan yang membalut sifat
ketegasannya. Lalu apakah tujuan perang-perang yang dilakukannya pada masa itu
? Dalam ajaran yang diterimanya dijelaskan bahwa beliau dan pengikutnya
dilarang memerangi yang tidak memerangi mereka, atau dalam kata lain perang
yang dilakukan adalah untuk membela diri. Tidak ada satu pun ajaran untuk
mencari gara-gara terhadap orang atau kelompok lain, apalagi sampai menghina, mengutuk,
memusuhi, dll. Demikian kira-kira yang terjadi pada masa hidup Rasul sebagai
pemimpin umat Islam.
Terlepas setelah beliau wafat,
sedikit demi sedikit pemimpin umat Islam mulai ambisius untuk menaklukkan
wilayah-wilayah di berbagai penjuru dunia. Memang disebutkan dalam sebuah
hadits bahwa diperintahkkan untuk berjihad sampai seluruh umat manusia
mengucapkan syahadat. Mungkin ini yang menjadi landasan pemikiran para pemimpin
umat Islam masa itu untuk menaklukkan dunia. Namun, apakah mereka tidak mengerti
bahwa dalam al-Qur’an ada ayat menyatakan bahwa setiap manusia diberi kebebasan
oleh Tuhan untuk beriman kepada-Nya atau mengingkari-Nya. Tuhan tidak memaksa
manusia untuk bersyahadat kepada-Nya.
Bagi beberapa pemimpin umat Islam
masa itu, bagi mereka yang faham akan ajaran kasih sayang dalam Islam, mereka
mengambil jalan tengah. Jalan tengah yang diambil adalah mereka menguasai
daerah-daerah di dunia, namun tetap memberikan kebebasan bagi setiap warga
negara untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinannya. Hukum yang dijalankan
pun tidak memihak kepada umat Islam saja, hukum diterapkan kepada semua elemen
dalam kerajaan, tanpa pandang bulu, dsb. Konsentrasi para pemimpin adalah
mengembangkan wilayah Islam dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Dari sini Islam
menyinarkan cahaya cerah kepada dunia, dan dapat menjadi panutan yang
benar-benar mengayomi seluruh umat manusia.
Bukan manusia jika tidak memiliki
nafsu untuk berkuasa, menjadi paling kaya, dsb. Kiranya kalimat singkat
tersebut menjadi salah satu faktor munculnya orang-orang yang ingin menjadi
penguasa dengan menggunakan berbagai cara. Mereka yakin dengan kekuasaan dapat
memuaskan nafsu mereka, dapat memberikan apa-apa yang diinginkan, harta, suami
atau istri, dsb. Maka satu-satunya mahluk yang menyimpan dendam kepada manusia
memanfaatkan adanya nafsu dalam diri manusia untuk menjadikannya terkutuk dan
gelap mata hati, sehingga ia tidak bisa menatap Tuhannya. Apapun digunakan
dalam upaya mendapatkan kekuasaan itu, bisa dengan menjatuhkan orang lain, memicu
konflik, adu domba, fitnah, dll.
Kita tarik benang merah dengan
negara kita, Indonesia. Dari segi geografis, Indonesia menempati kawasan
strategis, iklimnya, kondisi tanahnya, airnya, alamnya, dsb. Sumber daya alam
yang melimpah dan kondisi alam yang tenang membuat semua bangsa di dunia ingin
memilikinya. Dari iklim dan suasana yang tenang tersebut mempengaruhi kondisi
psikis manusia yang hidup disana. Mereka cenderung tenang jiwanya, memiliki
hubungan sosial yang baik, serta memiliki keseimbangan dalam berfikir dan
bersikap. Kondisi yang demikian memunculkan budaya yang indah, semua kebudayaan
asli Indonesia memiliki nilai artistik sekaligus religius. Semuanya dihubungkan
dengan kekuasaan Sang Pencipta, sehingga apapun yang dilakukan dilandaskan pada
nilai-nilai keindahan dan kereligiusan yang tinggi.
Siapa cepat dia dapat, itulah
kiranya ungkapan yang tepat terhadap bangsa asing yang ingin menguasai
Nusantara. Dimulai dengan datangnya Portugis hingga berahirnya masa penjajahan
Jepang. 1 Juni 1945, pada hari itu lahir dasar negara yang disepakati oleh para
pendiri negara Indonesia. Sebagaimana dalam alinea sebelumnya, dasar negara
yang disepakati tersebut berasal dari ketenangan jiwa dan keseimbangan berpikir
dan bersikap yang dimiliki bangsa Indonesia. Sehingga sampai saat ini dasar
negara tersebut tetap dipertahankan dan dibela dengan sepenuh hati bila ada
yang melecehkan atau bahkan ingin menggantinya.
Ahir-ahir ini marak pemberitaan
tentang pembubaran ormas yang hendak mengganti ideologi NKRI. Lucunya dari
ormas tersebut adalah ormas tersebut tidak memiliki sumbangsih apapun terhadap
perjuangan merebut tanah Nusantara dari penjajah. Ormas tersebut merupakan
ormas impor dan melahirkan kader-kader dengan pemikiran instan nan dangkal.
Dengan sedikit polesan berbau agama dan iming-iming surga, para kadernya rela
melakukan apapun demi terselenggaranya keporak-porandaan yang akan mempermudah
orang-orang ambisius yang menginginkan kekuasaan atas Indonesia.
Jika dilihat dari imbalan akan surga
yang dijannikan kepada mereka, apakah mereka lupa atau bagaimana bahwa separuh
gambaran surga surga sudah ada di Nusantara. Sungai yang mengalir, kebun yang
bersemi, buah-buahan yang melimpah, istri yang cantik, dst. Ini menunjukkan
kedangkalan dalam berpikir, serta kurang teliti atau kurang selektif dalam
menerima dan mengelola fakta dan data. Bak daun kering, mudah dikumpulkan namun
ketika berkumpul dan bergesekan, dedaunan itu akan berisik dan mudah sekali
untuk dibakar.
Ada yang mengatakan bahwasanya
ideologi kita, Pancasila tidak sesuai dengan Islam. Pertanyaan yang muncul
karena kelucuan itu adalah apakah dia turut merumuskan Pancasila ? Apakah dia
yang mengatakan demikian sudah memiliki kapasitas keilmuan dan kecerdasan
setara dengan para pendahulu bangsa Indonesia yang merumuskan dan mengusung
Pancasila sebagai dasar negara ? Kalau kita suudzon kepada mereka maka
kita akan beranggapan bahwa mereka adalah orang-orang bodoh yang tidak tahu
apa-apa, dan menganggap mereka pemberontak.
Akan tetapi kalau kita coba cermati
lebih dalam, sebagaimana ungkapan diawal bacaan ini, tidak ada asap bila tidak
ada api. Mereka adalah sekelompok orang yang diperalat, mereka hanya disuguhi
dan dicekoki bangkai busuk oleh orang-orang yang ingin menjarah Nusantara,
sedang hidangan bangkai busuk tersebut dibumbui dengan varian rasa agama dan
manisnya janji aroma surga. Tidak serta merta setiap orang diperlakukan
demikian, namun dibidik dulu siapa yang menjadi publik figur mereka. Imam
mereka kena, maka mudahlah meluluhkan jamaahnya.
Faktor lainnya bisa jadi karena
mereka yang ingin mengganti ideologi kita adalah ketidakpuasan akan pelaksanaan
hukum yang didasari oleh Pancasila. Oleh kaena itu Pancasila dianggap tidak
sesuai diterapkan dan dianggap buruk, sehingga Pancasila layak diganti dengan
kitab suci. Padahal kalau kita cermati sila manakah yang bertentangan dengan
isi kitab suci dari 6 agama yang diakui di Indonesia ? Semua sila sesuai,
apalagi yang mengatasnamakan Islam, semua sesuai. Sila pertama merupakan rumusan
dari ajaran tauhid, yang kemudian menjadi induk dari empat sila berikutnya.
Maka, disini saya kira dapat saya simpulkan bahwa nasionalisme dan
patriotisme ada didalam bingkai agama. Jika orang beragama maka ia punya jiwa
nasionalis, apapun yang akan merusak bangsanya akan ia halangi, pertimbangannya
bukan agama atau ras, namun rasa kebangsaan dan kemanusiaan, sesama mahluk
Tuhan yang hidup di negara yang sama, menghirup udara yang sama, air yang sama.
Dalam keadaan apapun dan dengan cara apapun ia akan melindungi negaranya,
karena negara sudah menyatu dalam jiwanya. Timbal baliknya adalah negara akan
memberinya keamanan, kenyamanan, kesejahteraan. Bukankan salah satu tujuan
adanya agama adalah mengatur yang tidak teratur sehingga mewujudkan kenyamanan
bersama ?
Komentar
Posting Komentar